PENDIDIKAN INFORMAL SIKAP TOLERANSI ANAK (EKSTERNALISASI SIKAP TOLERANSI ANAK DALAM KELUARGA MULTIAGAMA DI DESA ‘PANCASILA’ TURI LAMONGAN JAWA TIMUR
Abstract
Balun dikenal dengan sebutan desa Pancasila. Ada 3 agama hidup dan berkembang di Balun. Pemeluk ketiga agama tersebut hidup secara rukun, harmoni dan bertoleransi. Kehidupan ini tidak bisa dilepaskan dari peran lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Balun. Namun, lembaga pendidikan yang memiliki peran sangat penting dalam membentuk sikap toleransi pada anak adalah lembaga pendidikan informal. Dalam menamamkan sikap toleransi pada anak, keluarga multiagama melakukan proses eksternalisasi sikap toleransi melalui pendidikan informal, sehingga tulisan ini memfokuskan kajiannya pada ‘eksternalisasi sikap toleransi anak melalui pendidikan informal dalam keluarga multiagama di Balun Turi Lamongan. Tujuan ini adalah menguraikan proses eskternalisasi sikap toleransi anak melalui pendidikan informal dalam keluarga multiagama di Balun Turi Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dan peneliti sebagai kunci utama. Untuk mendapatkan data, tulisan menggunakan observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan model Spreadly. Penelitian ini menemukan proses eksternalisasi sikap toleransi anak melalui pendidikan informal dalam keluarga multiagama di Balun Turi Lamongan dalam bentuk (i) pengucapan ‘selamat hari raya’, (ii) menerima perbedaan dan saling menghormati, dan (iii) tidak mendeskritkan ibadah umat lain. Proses eskternalisasi dalam ketiga bentuk tersebut adalah (a) menyesuaikan diri dengan masyarakat terkait sikap toleransi yang ada, (b) menggunakan pesan singkat (WA, SMS, atau lainnya) sebagai media penyesuaian diri atas sikap toleransi di masyarakat, (b) mengajak anak-anak langsung bertamu dan ketemu dengan orang-orang berbeda agama satu persatu atau dari rumah ke rumah sebagai identifikasi diri, (d) mencontohkan anak-anak bersikap toleransi di masyarakat berdasarkan pengetahuan sebelumnya, dan (e) menemukan pijakan atau sandaran dalam membentuk sikap toleransi anak.