PANDANGAN AL QUR AN TERHADAP TEORI EPISTEMOLOGI

Abstract

Ibrahim sering kali berpikir dan merenungkan berhala-berhala dari batu yang dipuja dan disembah oleh kaumnya. Kemudian timbul pertanyaan dihatinya, mengapa benda-benda yang tidak dapat berbuat apa-apa itu disembah? Lalu dimanakah Tuhan yang sebenarnya? Ketika nabi Ibrahim melihat bulan dan bintang di malam hari, lalu matahari di siang hari, ia berkata di dalam hati, mungkinkah benda itu Tuhan? Tetapi, ternyata ketika bulan dan bintang menghilang dan matahari pun terbenam, ia kemudian berkata “Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu.”Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang lalu dia berkata: “Inilah Tuhanku.” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata: “Aku tidak suka pada yang tenggelam.” Ketika ia melihat bulan yang terbit, dia berkata: “Inikah Tuhanku?” tetapi setelah bulan itu terbenam, ia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu terbenam, dia bekata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesunggunya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”Setelah nabi Ibrahim beranjak dewasa, Allah memberikan akal dan kecerdasan yang luar biasa kepadanya. Dan mulailah nabi Ibrahim as menyampaikan dakwahnya.