Representasi Air “Salamun” Keselamatan Masjid Wali Al-Ma’mur Desa Jepang Terhadap Pembentukan Keberagamaan Masyarakat

Abstract

Pertumbuhan kebudayaan yang ada di tengah-tengah masyarakat DesaJepang Mejobo Kudus memberikan bukti autentik bahwa peninggalanSunan Kudus di tengah-tengah mereka hidup subur dan menyejarahsampai saat ini. Sebagaimana diketahui oleh khalayak umum bahwa RadenJa’far Shodiq yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus memiliki peransignifkan dalam lintasan sejarah Islam di Kudus. Untuk memasyarakatkanIslam ke seluruh pelosok Kudus, sentralitas penyiaran agama tidak hanyaditempatkan di kawasan Kauman tempat berdirinya Masjid al-Aqshaatau Masjid Menara Kudus. Salah satu tempat didirikannya masjid luardari kawasan Kauman adalah Masjid Wali Desa Jepang KecamatanMejobo Kabupaten Kudus. Pengukuhan masjid ini sebagai kesatuangenealogis dari Masjid Menara Kudus adalah arkeologi bangunannyayang bersinambungan. Penelitian ini termasuk penelitian sejarah sosialyang bersifat kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan secaraheuristik, interpretasi, kritik sumber, dan historiograf. Sumber datayang digunakan adalah sumber tertulis, material, dan lisan. Sumbertertulis yang berkenaan dengan tulisan-tulisan baik yang telah diterbitkanmaupun belum diterbitkan, naskah-naskah yang menjelaskan tentangsejarah Masjid Wali dan masyarakat sekelilingnya. Sumber materialberupa arsitektur bangunan masjid dan benda-benda lain yang dapatdijadikan sebagai sumber. Sedangkan sumber lisan berasal dari ceritacerita (oral) para sesepuh desa, para kyai, dan informan lainnya. Penelitianini dilangsungkan mulai Februari 2012 sampai Juli 2012. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan salah satu peninggalan Sunan Kudus diMasjid Wali Al-Ma’mur Desa Jepang memiliki keterhubungan erat denganMasjid Al-Aqsa atau Al-Manar atau disebut juga Masjid Menara Kudusyang pembangunannya bertarikh tahun 956 H (1549 M). Penyimpulandata ini sepenuhnya berjalan di atas rentetan sejarah peninggalan sumursumur bersejarah yang sama saat ini, air yang ada di sumur-sumur tersebutdimanfaatkan oleh masyarakat untuk konsumsi dan sebagian obat bagimereka orang-orang yang tertimpa penyakit. Air keselamatan “salamun”diyakini oleh masyarakat bisa menjadi media atau instrumen merekaberobat atas sakit yang diderita atau musibah yang mereka alami.