UPACARA TRADISIONAL MASYARAKAT MUSLIM KUDUS DALAM PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA ISLAM
Abstract
Pada dasarnya agama berasal dari manusia yang mengalami pertemuan dengan sesuatu yang supranatural. Pertemuan ini, yang dalam istilah dikenal dengan pengalaman religius, terungkap dalam berbagai bentuk pengungkapan. Joachim Wach membagi pengungkapan pengalaman religius/keagamaan dalam tiga bentuk : (1) tindakan (action), (2) pemikiran (thought) dan (3) jama’ah (fellowship). Menghidupkan kembali spiritualitas sebenarnya telah menjadi kesadaran bukan saja di kalangan Islam. Hal ini dampak dari perkembangan denominasi dan gerakan spiritualisme di kalangan Kristiani, Yahudi dan Shinto di berbagai belahan dunia. Naisbitt & Aburdene misalnya mencatat bahwa sejak tahun 1960-an agama jalan utama atau kelompok arus besar agama mengalami kemunduran, namun kelompok-kelompok yang lebih menekankan pada dimensi spiritualitas terus meningkat. atas pengamatannya di masyarakat barat. Bahkan Naisbitt meramalkan milinium ketiga sebagai abad spiritualitas. Kesadaran ini juga muncul di kalangan kepercayaan lokal, sehingga memunculkan banyak kelompok spiritualisme-nativistik. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa spiritualitas Islam sebagai respon terhadap persoalan sosial-budaya kontemporer bukan saja menjadi keharusan, namun sekaligus menjadi kebutuhan dan keharusan sejarah, baik masa dulu, kini maupun pada abad mendatang. Permasalahannya yang muncul kemudian adalah bagaimana format spiritualitas baru Islam ke depan.