Resiliensi Orang Tua dalam Aktivitas Belajar Daring dan Bermain Anak di masa Pandemi Covid-19 (Kasus Anak Nomophobia di Kota Padangsidimpuan)
Abstract
Penggunaan smartphone dikalangan pelajar di kota Padangsidimpuan tidak hanya untuk akses pendidikan, peserta didik lebih banyak menggunakan smartphone untuk main game, tik tok, sosial media (Instagram, facebook) dan lain-lain, hal ini menimbulkan adiksi/kecanduan yang berakibat negatif pada psikologis peserta didik salah satunya menjadikan peserta didik malas. Hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan karena studi-studi tersebut para peneliti akhirnya mengenal kata “Nomophobia” singkatan dari no mobile phone phobia, yakni ketakutan saat tidak memiliki perangkat seluler, inilah fobia khas zaman digital apalagi didukung dengan kondisi pandemi covid-19 yang semuanya serba digital. upaya untuk mengurangi kecanduan smartphone khususnya dikalangan anak salah satunya adalah menguji resiliensi orang tua bangkit kembali dari rasa kekhawatiran pada dirinya dan anak sehingga aktivitas belajar daring dan bermain anak berkembang kearah yang positif. Metode Penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan field research. Pengumpulan data melalui tahap observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan teori Milles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan verification. Penulis menggunakan teknik triangulasi sebagai uji keabsahan data. Hasil penelitian ini ditemukan. Kecendurungan dan karakteristik anak nomophobia menggunakan smartphone yang cukup tinggi dimasa pandemi covid-19. Beragam teknik yang ditawarkan bisa menjadi jalan keluar menjadikan orang tua lebih bertahan dan keluar dari masalah yang ada, maka penulis sebagai konselor memiliki sebuah teknik yang mampu mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada konseli, salah satu pendekatannya yaitu konseling Islam. Adapun karakteristik orang tua atau para ibu-ibu di Kota Padangsidimpuan yang memiliki kemampuan resiliensi setelah mendapatkan konseling oleh konselor yaitu hubungan, kemandirian, regulasi emosi, pengendalian impuls dan empati. Keluarga tidak terlepas dari faktor resiko dan faktor pelindung, resiko dari aktivitas pembelajaran daring anak berimplikasi nomophobia anak hal ini dikarenakan tidak ada self control dari diri individu. Untuk mengurangi nomophobia ada tiga komponen kunci sebagai faktor pelindung yaitu Sistem Keyakinan, Pola Organisasi dan Strategi Coping. Kata Kunci: Resiliensi, Nomophobia, Konseling