Menyingkap Makna Amtsal Laba-laba dalam Al-Qur’an

Abstract

Parables are one of the quranic language styles of conveying messages to people. One such parable is to perpetuate the spider house as a symbol of weak protection. Although its basic meaning can be understood simply, the depth of meaning behind the spider amthal in surah al-Ankabut leaves questions for Muslims. This article attempts to explore the interpretation of the mufasir related to the value and education of the parable of the spider house in QS. al-Ankabut: 41. The method used in this study is the analytical method of the text to get a general understanding of the mufasir. From the studies conducted, it was found that this parable is a depiction of errors in seeking protection. The meaning to be conveyed is that there is no essential protection other than the protection of God. Any other form of protection is a weak pseudo-protection, as weak as a cobweb when used as an expectation to protect against rain and storms even though it can be used as a web to catch prey. For the rest, this verse theologically hints at the values of godliness, the power of Allah Swt, and the powerlessness of beings. The lesson is that it is very inappropriate for human beings to ask for sustenance, salvation, blessings, mates and other things other than Allah Swt. Only Allah is the only place to shelter and depend. Perumpamaan merupakan salah satu gaya bahasa Alquran dalam menyampaikan pesan kepada manusia. Salah satu perumpamaan tersebut seperti mengabadikan rumah laba-laba sebagai simbol perlindungan yang lemah. Meskipun makna dasarnya dapat dipahami secara sederhana, tetapi tentang kedalaman makna di balik amthal laba-laba dalam surah al-Ankabut menyisakan pertanyaan bagi umat Islam. Artikel ini mencoba mengekspolarasi penafsiran mufasir terkait nilai dan edukasi dari perumpamaan rumah laba-laba dalam QS. al-Ankabut: 41. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode analisis teks untuk mendapatkan pemahaman umum dari para mufasir.  Dari kajian yang dilakukan, ditemukan bahwa perumpamaan ini sebagai penggambaran kesalahan dalam mencari perlindungan. Makna yang ingin disampaikan adalah bahwa tidak ada perlindungan yang hakiki selain perlindungan Allah. Segala bentuk perlindungan lain adalah perlindungan semu yang lemah, selemah sarang laba-laba ketika dijadikan harapan untuk melindungi dari terpaan hujan dan badai meskipun ia dapat dijadikan sebagai jaring untuk menangkap mangsa.  Selebihnya, ayat ini secara teologis mengisyaratkan tentang nilai-nilai ketauhidan, kekuasaan Allah Swt, dan ketidak-berdayaan makhluk. Pembelajarannya ialah bahwa manusia sangat tidak pantas untuk meminta rezeki, keselamatan, keberkahan, jodoh dan hal lainnya kepada selain Allah Swt. Hanya Allah satu-satunya tempat berlindung dan bergantung.