Katolik Garis Lucu: Membangun Jembatan Dialog Multikulturalisme di Ruang Twitter
Abstract
The life of a post-truth society has the potential for conflicts that arise from ways of interacting and communicating based on certain social identities, such as religion. At the same time, the phenomenon of the emergence of Garis Lucu (GL) accounts is seen as being able to maintain a diversity of identities through humorous content. This article wants to show what kind of digital interaction is displayed by GL accounts with netizens. The author will focus on examining the existence of Katolik Garis Lurus account on Twitter (@KatolikG) with a virtual ethnographic approach. If previously reading the phenomenon of funny lines was more synonymous with nuances of humor in all its forms of existence, the @KatolikG account shows something different. In other words, this article finds that the @KatolikG account in some forms of interaction makes more use of the hashtag feature to build a dialogue with netizens who have diverse backgrounds. This is evident from how the hashtags displayed by the @KatolikG account are able to attract attention internally but also provoke interaction from outsiders; to share religious expressions or respond to problems that exist in society. The interesting thing is that the conversation that is built in it shows a fairly flexible, fluid, and dynamic nature without inviting the presence of negative sentiments for different identities.Kehidupan masyarakat pasca-kebenaran berpotensi terjadinya konflik yang lahir dari cara berinteraksi dan berkomunikasi yang didasarkan pada identitas sosial tertentu, misalnya adalah agama. Pada saat yang bersamaan fenomena munculnya akun-akun Garis Lucu (GL) dipandang akan mampu merawat keragaman identitas melalui konten-konten yang bernada humor. Artikel ini ingin menunjukkan seperti apa bentuk interaksi digital yang ditampilkan oleh akun-akun GL dengan para netizen. Penulis akan fokus mengkaji eksistensi akun Katolik GL di Twitter (@KatolikG) dengan pendekatan etnografi virtual. Jika sebelumnya pembacaan atas fenomena garis lucu lebih identik dengan nuansa humor dalam segala bentuk eksistensinya, akun @KatolikG menunjukkan hal yang berbeda. Dengan kata lain, artikel ini menemukan bahwa akun @KatolikG dalam beberapa bentuk interaksinya lebih memanfaatkan fitur hastag untuk membangun dialog dengan para netizen yang memiliki latar belakang yang beragam. Hal ini tampak jelas dari bagaimana hastag yang ditampilkan oleh akun @KatolikG mampu menarik perhatian secara internal tetapi juga memancing interaksi orang luar; untuk saling berbagi ekspresi keagamaan ataupun merespon persoalan yang ada di masyarakat. Menariknya percakapan yang terbangun di dalamnya menunjukkan sifat yang cukup lentur, cair, dan dinamis tanpa mengundang hadirnya sentimen negatif atas identitas yang berbeda.