Pemberdayaan atau Memperdayakan: Implementasi Kerja Sama dalam Kepemimpinan Musa Berdasarkan Studi Narasi Keluaran 17:8-16

Abstract

This study contains a study of Musa's leadership in building teamwork when a group faces real challenges, based on Ex 17:8-16. This point is important to study in order to provide a biblical basis for the concept and practice of leadership. The method used in this research is library research, using the narrative study according an interpretive journey method. The findings of this study are: first, cooperation can occur as a response to the challenges of an organization or group; second, cooperation is the implementation of the division of tasks based on trust; third, cooperation is the empowerment of all elements of the organization; fourth, cooperation requires foresight and initiative; fifth, the success of a cooperation is not only a matter of leadership, but also of followers; There is a divine dimension to successful collaboration in leadership. This finding differs from the different recommendations based on the recommendations that are mainly based on the same goals, vision, mission, and which are realized through different actions and contributions in the places that are made, based on the division of tasks, responsibilities and authorities that have been and are mutually agreed upon (Moses and Joshua), as well as situational (Aaron and Hur).AbstrakPenelitian ini berisikan kajian terhadap kepemimpinan Musa dalam membangun kerjasama tim ketika sebuah kelompok berhadapan dengan tantangan riil, berdasarkan Kel 17:8-16. Pokok ini penting untuk diteliti guna memberikan landasan Alkitabiah terhadap konsep dan praktik kepemimpinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan menggunakan metode kajian naratif berdasarkan pola interpretive journey. Adapun temuan penelitian ini adalah: pertama, kerjasama dapat terjadi sebagai respon atas tantangan sebuah organisasi atau kelompok; kedua, kerjasama merupakan implementasi dari pembagian tugas berdasarkan kepercayaan; ketiga, kerjasama merupakan pemberdayaan seluruh elemen organisasi; keempat, kerjasama membutuhkan kejelian dan inisiatif; kelima, keberhasilan sebuah kerjasama bukan hanya soal leadership, tetapi juga followership; keenam, ada dimensi Ilahi dalam keberhasilan kerjasama dalam kepemimpinan. Temuan ini mengarah pada rekomendasi bahwa kerjasama terutama diikat oleh kesamaan visi, misi dan tujuan, yang terwujud melalui tindakan dan kontribusi yang berbeda-beda dalam tempat yang berbeda, berdasarkan pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang telah dibuat dan disepakati bersama (Musa dan Yosua), maupun yang terjadi secara situasional (Harun dan Hur).