Tinjauan Naratif Kepemimpinan Yusuf dalam Perspektif Climber Leader

Abstract

Leadership requires leadership skills gained not only through long theories but also life experience. To gain leadership skills through life experience, intelligence is needed, especially when facing problems as well as resilience to live in the midst of these problems. The intelligence in question is Adversity Quotient. Using qualitative methods, especially the approach of literature studies and narrative interpretations, this research will show a Biblical figure, named Yusuf, who has high adversity intelligence, even in the state of intelligence adversity Yusuf is said to be a true Climber. The results showed that through the process of life, Yusuf managed to develop a leadership model based on the principles of LEAD (Listen, Explore, Analyze, Do). Through this principle Joseph was able to survive the struggle, even using the struggle to be a force in developing his leadership pattern. This principle is also what makes Joseph a leader of climbers. But behind all that, Joseph also recognized that his ability to turn struggles into opportunities was a gift that God gave him, so Joseph grew into a humble, forgiving and anticipatory Climber leader.AbstrakKepemimpinan membutuhkan ketrampilan memimpin yang didapat bukan hanya melalui teori-teori panjang melainkan juga pengalaman hidup. Untuk memeroleh ketrampilan memimpin melalui pengalaman hidup, dibutuhkan kecerdasan khususnya ketika menghadapi permasalahan sekaligus ketahanan untuk hidup di tengah permasalahan tersebut. Kecerdasan yang dimaksud adalah Adversity Quotient (kecerdasan adversity). Dengan menggunakan metode kualitatif, khususnya pendekatan studi pustaka/literatur dan tafsir narasi, penelitian ini hendak memerlihatkan seorang tokoh Alkitab, bernama Yusuf, yang memiliki kecerdasan adversity tinggi, bahkan dalam tataran kecerdasan adversity Yusuf dikatakan sebagai seorang Climber sejati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui proses hidup, Yusuf berhasil mengembangkan model kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip LEAD (Listen, Explore, Analyze, Do: mendengar, menggali, menganalisa dan melakukan). Melalui prinsip ini Yusuf dapat bertahan dalam pergumulan, bahkan menggunakan pergumulan tersebut menjadi kekuatan dalam mengembangkan pola kepemimpinannya. Prinsip ini juga yang menjadikan Yusuf sebagai seorang pemimpin Climber. Namun di balik semua itu, Yusuf pun mengakui bahwa kemampuannya mengubah pergumulan menjadi peluang adalah anugerah yang Allah berikan kepadanya, sehingga Yusuf bertumbuh menjadi seorang pemimpin Climber yang rendah hati, pemaaf dan antisipatif.