INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN; KONTRIBUSI LEMBAGA INFORMAL TERHADAP PEMBINAAN KARAKTER ANAK

Abstract

Lembaga informal (keluarga) merupakan locus pembinaan karakter seseorang yang berada pada fase childhood (anak-anak). Pada fase tersebut, seorang anak cenderung lebih peka terhadap pengaruh pendidikan orang tua. Lembaga informal merupakan wadah sosialisasi yang pertama dilalui seorang anak. Dalam perspektif agama, lembaga informal menjadi ladang yang ideal untuk menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam sehingga dapat membentuk karakter seorang anak. Dalam konsepsi Islam, sosok Nabi Muhammad menjadi figur dan role model dalam proses internalisasi nilai-nilai ajaran Islam di lingkup keluarga. Sikap dan perilaku Nabi saw., diyakini merupakan menifestasi dari ajaran al-Quran. Kendati demikian, dalam konteks penerapannya, Nabi saw. memberikan kesempatan para pengikutnya untuk melakukan improvisasi dalam proses internalisasi tersebut sepanjang tidak keluar dari koridor-koridor yang dicontohkan oleh Nabi saw. Konstribusi lembaga informal melalui pendidikan keluarga dalam membentuk kepribadian anak dapat ditelisik dari upaya penanaman nilai akidah, ritual ibadah, kepekaan sosial, pengawasan dan kepedulian, serta aspek kesehatan. Kelima anasir tersebut merupakan tema sentral dalam pembinaan anak di lingkungan keluarga dan sekaligus menjadi sasaran pendidikan Islam. Sejatinya, pendidikan keluarga harus memuat nilai-nilai akidah yang menjadi pijakan dalam beragama. Selain itu, nilai-nilai ibadah juga menjadi sarana komunikasi seorang hamba dengan Sang Pencipta. Sementara nilai-nilai sosial berfungsi membentuk kualitas perilaku dan pikiran yang sejalan dengan ajaran Islam sehingga dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat. Pengawasan dan kepedulian juga mendukung perkembangan potensi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai yang diharapkan. Demikian halnya dengan aspek kesehatan anak dapat diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan asupan gizi.