Analisis Kemampuan Siswa dalam Pembuktian Kesebangunan Dua Segitiga

Abstract

Abstract:Mathematics learning in junior high is inseparable from proof, including of congruence of two triangles. This study analyzes the ability to prove the similarity of two triangles. The procedure used (1) grouped the answers of 51 students based on categories of able, underprivileged and unable, (2) analyzing the ability of evidence-based basic mathematical knowledge, representation of evidence, and assumptions used. The result (1). students who can prove have basic knowledge of the Pythagoras theorem, algebra operations, and the principle of equality, the representations used are symbolic and formal evidence, the assumptions used are logical. (2) Students who are unable to prove to have basic knowledge of congruence, comparison, and the principle of equality, the representation used is visual and formal evidence, the assumptions used are logical. (3) Students who have not been able to prove to have the basic knowledge that is not relevant in supporting evidence, the representation used is symbolic evidence but is wrong in algebraic manipulation and informal evidence, students' assumptions are lacking or illogical.Abstrak:Pembelajaran matematika di SMP tidak terlepas dari pembuktian termasuk kesebangunan dua segitiga. Penelitian ini menganalisis kemampuan siswa dalam membuktikan kesebangunan dua segitiga. Prosedur yang digunakan (1) mengelompokkan jawaban 51 siswa berdasarkan kategori mampu, kurang mampu dan belum mampu, (2) menganalisis kemampuan pembuktian berdasarkan pengetahuan matematis dasar, representasi bukti, serta asumsi yang digunakan. Diperoleh hasil bahwa (1). siswa yang mampu membuktikan memiliki pengetahuan dasar teorema Pythagoras, operasi aljabar, dan prinsip kesetaraan, representasi yang digunakan berupa bukti simbolis dan formal, asumsi yang digunakan adalah logis. (2) Siswa yang kurang mampu membuktikan memiliki pengetahuan dasar kesebangunan, perbandingan, dan prinsip kesetaraan, representasi yang digunakan adalah bukti visual dan formal, asumsi yang digunakan adalah logis. (3) Siswa yang belum mampu membuktikan memiliki pengetahuan dasar yang tidak relevan dalam mendukung pembuktian, representasi yang digunakan adalah bukti simbolis, tetapi salah dalam manipulasi aljabar dan bukti tidak formal, asumsi siswa kurang atau tidak logis.