Jalan Sufistik Buya Hamka: Rekonstruksi Tasawuf Klasik Menuju Neosufisme
Abstract
Artikel ini bertujuan untuk menganalisa gagasan dan konsep Buya Hamka tentang tasawuf, dan usahanya untuk merekonstruksi tasawuf klasik menuju tasawuf modern (neosufisme). Metode yang digunakan ialah studi kepustakaan dengan menganalisa berbagai sumber yang relevan. Hasil menyimpulkan bahwa gagasan sufistik Buya Hamka sangatlah moderat, ia menginginkan tasawuf sebagai ajaran yang tidak anti kepada duniawi, sosial dan manusia. Tasawuf harus menjadi ajaran yang seimbang dan mengarahkan manusia kepada Allah dan juga bersosial dengan baik. Sehingga, peranan sebagai “hamba” dan “khalifah” Allah akan berjalan seimbang. Praktik-praktik sufistik juga harus tetap memperhatikan koridor syariat, agar perjalanan spiritualnya bisa benar-benar sampai kepada Allah Swt. Abstract This article aims to analyze Buya Hamka's ideas and concepts about Sufism, and his efforts to reconstruct classical Sufism into modern Sufism (neosufism). The method used is literature study by analyzing various relevant sources. The results conclude that Buya Hamka's Sufistic ideas are very moderate, he wants Sufism as a teaching that is not anti-worldly, social, and human. Sufism must be a balanced teaching and direct humans to God and socialize well. Thus, the role as "servant" and "caliph" of Allah will run in balance. Sufistic practices must also pay attention to the corridors of the Shari'a, so that their spiritual journey can truly reach Allah.