Islam dan Society 5.0: Pembacaan Ulang Teologi Islam Perspektif Mohammed Arkoun di Era Digital

Abstract

Artikel ini berisi tentang pembacaan teologi Islam di era society 5.0. Di mana seiring berkembangnya zaman, teknologi canggih pun terus muncul dan hadir di hampir seluruh lini kehidupan manusia, sehingga kehidupan manusia menjadi bebas dan tak terkendali, maka diperlukan kajian ulang posisi teologi Islam di tengah era society 5.0 agar Islam mampu senantiasa tampil eksis dan relevan dalam setiap perkembangan zaman. Berbicara mengenai aspek religiusitas atau spiritualitas, maka peran Islam dirasa sangat vital dalam pembentukan aspek tersebut dalam era society 5.0. Namun sayangnya, banyak yang menilai Islam terutama pihak-pihak yang masih berpegang teguh pada ajaran dan penafsiran Islam klasik menjadi ujian terberat Islam dalam menghadapi era society 5.0. Sehingga perlu adanya sebuah pemikiran baru guna membangun relevansi teologi Islam dengan society 5.0, pemikiran Arkoun yang mendekonstruksi pemikiran dan teologi Islam klasik menjadi awal terbentuknya teologi Islam di era society 5.0. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Sumber data meliputi artikel-artikel mengenai pemikiran Arkoun dan society 5.0 dengan menggunakan teknik analisis interpretatif sehingga diperoleh kajian yang relevan dengan tema artikel ini. Dari hasil analisis dari data-data yang telah diperoleh, adapun hasil dari penelitian ini adalah: pertama, Arkoun berpendapat bahwa ketiadaan kritik dalam tubuh Islam menjadikan Islam mengalami ketertinggalan, sehingga diperlukan kritik terhadap tafsiran dan dogma-dogma yang telah ada. Selain itu Arkoun juga menekankan untuk memaksimalkan nalar Islam untuk menerima segala perubahan budaya, pemikiran dan zaman. Kedua, konsep humanisme Arkoun membagi memberikan kebebasan individu untuk mengoptimalkan nalar kritisnya untuk mengaplikasikan Islam daya teoritis dan daya praktis, sehingga kebebasan individu menggunakan nalar kritisnya tetap dalam koridor keagaman.