Melihat Tuhan dalam Perspektif Ilmu Kalam dan Tasawuf

Abstract

“Melihat Tuhan” merupakan satu tema yang menghiasi kajian keislaman. Pakar ilmu kalam masih berpolemik hingga saat ini. Sementara kaum sufi menerima tema ini secara lebih terbuka. Artikel ini akan membahas tentang integrasi ilmu kalam dan tasawuf terkait tema itu. Di sini, penulis tidak disibukkan dengan perdebatan tentang boleh atau tidaknya melihat Tuhan. Namun sampai pada pembahasan “kemungkinan” dan dari pintu mana konsep Melihat Tuhan menjadi kajian epistemologis yang menarik hingga saat ini. Ketika ahli kalam berhenti di depan pintu tanzîh (penyucian Allah dari segala cacat dan keserupaan dengan makhluk), maka kita menemukan para sufi melewati pintu itu. Yang menarik adalah bagaimana para sufi menghadirkan 'pintu' menuju ru'yatullah melalui konsep mahabbah. Namun dengan tetap menjadikan temuan para ahli kalam sebagai “rumah kembali” ketika berhadapan dengan shubuhat (kerancuan epistemik). Di sini penulis akan memakai pendekatan eksistensialisme Heidegger untuk memasuki ruang “kesadaran sufi” sehingga doktrin sufi bisa dipahami secara lebih empati, karena sifatnya yang jauh dari jangkauan psikolog-antropolog yang materialsitik.