PEMAKNAAN SIMBOL-SIMBOL DALAM TAHLILAN PADA TRADISI SATU SURO DI MAKAM RAJA-RAJA MATARAM KOTAGEDE-YOGYAKARTA

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui mengapa tahlilan dalam tradisi malam satu Suro memiliki makna yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya tradisi malam satu Suro di makam raja-raja Mataram Kotagede Yogyakarta. Selain itu, tahlilan yang biasa diadakan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kotagede. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan yaitu teori simbol yang ditawarkan oleh Clifford Geertz. Pelaksanaan tradisi malam satu Suro di Kotagede diwarnai dengan beberapa simbol seperti tahlilan sebagai simbol utama, pembakaran dupa, tawasul dan jenang suran. Tahlilan yang dilakukan oleh masyarakat Kotegede pada tradisi malam satu Suro, masyarakat meyakini bahwa tahlilan sebagai sebuah proses dalam memperoleh keberkahan “ngalap berkah” bagi setiap pengunjung yang hadir. Hasil penelitian mengatakan bahwa tahlilan bertujuan bertujuan untuk mendoakan arwah para leluhur khusunya bagi para raja-raja Mataram, bagi masyarakat bermakna membawa keberkahan dan keberuntungan untuk menjalankan kehidupan selanjutnya. Selanjutnya, jenang suran melambangkan beban hidup yang di-panggul (dipikul) oleh manusia, hal ini maksud bahwa menjalani kehidupan harus penuh dengan tekad dan keberanian dalam menghadapi segala resikonya.