PENAFSIRAN TRANSFORMATIF MELALUI PENDEKATAN MAKKI-MADANI

Abstract

Al-Qur'an, adalah Kalam Allah yang diturunkan untuk membimbing manusia meraih tahap hidup yang berkualitas (al-aqwam) dan kebahagiaan baik dunia maupun akhirat.Sebagal konsekwensi dari sebuah kitab suci yane diturunkan dalam masyarakat yang sudah sarat dengan berbagai nilai dan norma yang sudah mapan, maka proses penurunannya mengalami tahapan-tahapan sosiologis. Proses penurunan tersebut memberikan tiga implikasi. Pertama, turun secara berangsur­angsur (at-Tadrij fi al-tasyri’ ). Untuk mewujudkan sebuah gagasan ideal dan mengubah nilai-nilai yang sudah mapan, maka ayat-ayat al-Qur'an diturunkan secara gradual, seperti penghapusan minuman keras dan penghapusan riba yang sudah membudaya dan mendarah daging dalam masyarakat Makkah dan Madinah. Kedua.meminimalisisr/mnyederhanakan beban (taqlil al-takalif, yakni berusaha untuk meminimalisasi kewajiban dan memperluas kebolehan, misalnya dengan adanya konsep nasakh, takhshish dan rukhshah dalam beragama. Ketiga, menghilangkan kesukaran (‘adam al-haraj), misalnya dengan adanya konsep al-­dharurat wal hajah.   Kondisi lingkup sosiohistoris dan linguistik pewahyuan al-Qur'an tercermin dalam isi, gaya, tujuan, dan bahasanya. Kontekstualisasi ini tampak nyata dalam kajian yang cermat mengenai perbedaan ayat-ayat dan atau surat-­surat Makiah dan Madaniah. Dalam format ilmu Makki dan Madani inilah seseorang akan mendapatkan gambaran yang jelas begaimana al-Qur'an mampu mengubah segalanya, dari badawat dan jahili, ganas dan kasar menjadi yang Islami, luhur, lembut, mulia dan marhamah. Dari gambaran-gambaran konstruk sosial yang terjadi pada masa itu seorang Muslim akan mampu menarik kesimpulan, lalu mengambil langkah yang harus dipersiapkan dan diambil untuk melakukan perubahan yang Qur'ani di masa sekarang. Hal itu dapat dilakukan dengan mentranformasikan nilai-nilai luhur al-­Qur'an yang pernah ditanamkan 15 abad yang lalu. Orientasi al-Qur'an mengarahkan kepada pembersihan din dari egoisme dan hawa nafsu atas asumsi bahwa langkah alur dari sebuah petualangan meneari kebenaran adalah melakukan pengujian apakah subjek yang menemukan kebenaran cukup kuat bertahan menghadapi guncangan skeptik yang lahir bersama penemuan itu sendiri. Dengan memahami ilmu Makki dan Madani akan ditemukan, bahwa al-­Qur'an tidak hanya sekedar kitab suci yang memuat serangkaian hukum agama atau pedoman-pedoman praktis dalam rangka memenuhi kebutuhan religius dan moralitas, tetapi lebih dari itu. A1-Qur'an meletakkan garis-garis besar wujudsecara keseluruhan.