Pertobatan Ekologis Dalam Bingkai Filosofi “Sangserekan Bane’” Dan Pandemi Covid 19

Abstract

Abstract: Pandemic is a momentum that presents ecological reflection, forcing people to return to basic lessons about life and reflect on reconstructing new relations with the natural environment, which is closely related to the philosophy of "Sangserekan Bane" in the Toraja context. In the writer's perspective, the community needs to get good and correct eco-theological education to help think comprehensively about an ecological dynamic that occurs. This is what the authors then see that it is necessary to get a proper explanation using a qualitative-descriptive historical model approach that aims to create an ecological conversion for society that can help restore the earth's homiostatic status. The result is that through the philosophy of "Sangserekan Bane" it is realized that “lolo tau" (human), “lolo tananan” (plant) and” lolo patuan” (animal) have the same ontological status, because they are created from the same material, namely gold, so that they can help to form a synergy understanding, creation as a narrative narrative of creation in the book of Genesis. Abstrak: Pandemi adalah momentum yang menghadirkan refleksi ekologis, memaksa manusia untuk kembali kepada pelajaran dasar tentang hidup dan berefleksi untuk merekostruksi relasi baru dengan alam sekitar, yang memiliki kaitan erat dengan filosofi “Sangserekan Bane’” pada konteks Toraja. Dalam perspektif penulis masyarakat perlu mendapatkan pendidikan eko-teologi yang baik dan benar untuk membantu berfikir secara komprehensif akan sebuah dinamika ekologis yang terjadi. Hal inilah yang kemudian penulis lihat perlu mendapatkan penjelasan yang tepat dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif model historis yang bertujuan menciptakan pertobatan ekologis bagi masyarakat yang dapat membantu mengembalikan status homiostatik bumi. Hasilnya ialah melalui filosofi “Sangserekan Bane’” disadari bahwa “lolo tau” (manusia), “lolo tananan” (tumbuhan) dan “lolo patuan” (hewan) memiliki status ontologis yang sama, sebab diciptakan dari bahan yang sama yakni emas, sehingga dapat membantu untuk membentuk sebuah sinergitas pemahaman antar ciptaan sebagaiaman narasi penciptaan dalam kitab Kejadian.