Kosmopatriotisme Digital: Tantangannya dan Prospek Pendidikan Berdimensi Kosmopolitanisme

Abstract

The present article offered an analytical framework to evaluate critically the current phenomenon in Indonesia revolved on the patriotism claim, in particular religious patriotism, in which the formation of the narrative is adopting cosmopolitan imagination, metaphors, and presumptions. The narrative revolved on religious and cultural purity, and nationalism, appeared as cosmopolitanism through digital signifiers and its global networking. This framework might overcome the persistent dichotomies such as “West and East,” “Cosmopolitanism and Nationalism,” or “Nusantara and Transnational.” Further elaboration might reveal complex exchange, overlapping and synthesizing narratives undergone within our society. Three cases are the focus of the present investigation in building the cosmopatriotism’s argument, i.e. Islamism discourse, pro-Israel Christians, and historical comic books by the Bali and Jakarta-based publishers, which manifested the historical burdens among Hindu and Buddhist communities in Indonesia. It is ultimately offered an insight the significance of considering the cases at hands in order to seek cosmopolitan dimension and relevant education of citizenship and netizenship. AbstrakDalam artikel ini penulis menawarkan bingkai analisa dalam melihat secara kritis gejala yang sedang berkembang di Indonesia yaitu menguatnya semacam klaim patriotisme, khususnya patriotisme agama, sementara pembentukan narasinya mengadopsi imajinasi, metafora, dan asumsi-asumsi kosmopolitan. Narasi yang dikembangkan berkisar pada wacana kemurnian agama, budaya, dan nasionalisme, namun diungkapan dalam rupa yang kosmopolit melalui penanda-penanda digital dan jejaring globalnya. Bingkai yang disebut sebagai kosmopatriotisme ini membebaskan diri dari dikotomi-dikotomi, mulai dari yang klasik namun gigih semacam “Barat dan Timur,” hingga yang lebih kekinian seperti “Kosmopolitanisme dan Nasionalisme,” atau “Nusantara and Transnasional.” Sebab telisikan yang lebih dalam menunjukkan arus ulang alik, tumpang tindih dan sintesa terus menerus di tengah masyarakat. Tiga rumpun contoh akan menjadi perhatian dalam membangun argumentasi kosmopatriotisme, yaitu wacana Islamisme, kelompok Kristen pro-Israel, dan inisiatif komik-komik sejarah terbitan penerbit Bali dan Jakarta, yang mencerminkan beban sejarah komunitas Hindu Bali dan Buddha di Indonesia. Pada akhirnya diskusi dalam artikel ini menyarankan pentingnya memberi perhatian kritis pada anggitan-anggitan tersebut di atas dalam pencarian model pendidikan kewargaan dan kewarganetan yang berdimensi kosmopolitan dan yang lebih relevan.