Optimis, Pesimis, atau Realistis: Kajian Terhadap Perspektif Qoheleth Mengenai Kehidupan

Abstract

The book of Ecclesiastes shows Qoheleth’s viewpoints that seem contradictory. On the one hand, Qoheleth looks like a pessimistic nihilist about life under the sun, which is judged in vain because everything leads to death. However, on the other hand, Qoheleth also looks optimistic with his advice to enjoy pleasure through eating, drinking, and joyful living. Therefore, it is not surprising that Qoheleth was once considered a neurotic who doubted himself. However, recent studies show that Qoheleth deliberately uses contradictions as complex irony to invite readers to look at the realities of life and reflect on that life is meaningful because of its purpose, significance, and coherence. By referring to the view that Qoheleth is teaching the meaning of life, this paper aims to show Qoheleth’s perspective on life that is not pessimistic or optimistic but realistic. By using the method of in-textuality, inner-textuality, and inter-textuality analysis, it is concluded that Qoheleth views that although death is inevitable, it should not be treated with pessimism but by fearing God, carrying out His commands, and enjoying His blessings like Adam. and Eve in the garden of Eden, because God will bring every human act to the final judgment and there is life after death.AbstrakKitab Pengkhotbah memperlihatkan cara pandang Qoheleth yang tampak kontradiktif. Di satu sisi Qoheleth terlihat seperti seorang nihilis yang pesimistis terhadap kehidupan di bawah matahari, yang dinilainya sia-sia karena semua berujung pada kematian. Namun di sisi lain, Qoheleth juga terlihat optimis dengan nasihatnya untuk menikmati kesenangan melalui makan, minum dan bersukaria. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika Qoheleth pernah dianggap seorang neurotik yang meragukan dirinya sendiri. Namun demikian, studi terkini menunjukkan bahwa Qoheleth sengaja menggunakan kontradiksi sebagai ironi kompleks untuk mengajak pembacanya melihat realitas kehidupan dan merenungkan bahwa hidup itu bermakna karena ada tujuan, signifikansi dan koherensinya. Dengan mengacu kepada pandangan bahwa Qoheleth sedang mengajarkan makna kehidupan maka tulisan ini bertujuan untuk memperlihatkan perspektif Qoheleth mengenai kehidupan yang bukan pesimis atau optimis, melainkan realistis. Dengan menggunakan metode analisis in-textuality, inner-textuality dan inter-textuality dihasilkan kesimpulan bahwa Qoheleth memandang meskipun kematian tidak terhindarkan, tidak semestinya disikapi dengan pesimistis melainkan dengan takut akan Tuhan, melakukan perintah-perintah-Nya, dan menikmati berkat-Nya seperti Adam dan Hawa di taman Eden, karena Allah akan membawa setiap perbuatan manusia ke pengadilan akhir dan ada kehidupan sesudah kematian