Gereja dan Gerakan Anti Vaksin: Sebuah Kajian Netnografi Komunitas Keagamaan Virtual
Abstract
The development of technology has created a new space for social interaction mediated by the internet (computer-mediated communications). Space which built on an agreement and shared understanding among the members. The author conducted research on virtual religious group expressing an opposite opinion to the general belief of the church, namely rejects COVID-19 vaccines. This research aims to find the religious reasons behind their exception on the COVID-19 vaccine. The research method applied in this study is qualitative with the netnography research approach. This approach was conducted to study culture and online community (cyberspace) using social interaction mediated by computer/internet. After underwent sets of research procedures, the author found the religious argumentations used to reject the vaccine, namely: the cares of an adverse effect of the vaccine; hesitancy of vaccine test procedures; moral and ethical objection; an intact of faith expression; religious - apocalyptic mindset; and the belief of global elite conspiracy.Perkembangan teknologi telah menciptakan ruang interaksi sosial baru yang dimediasi oleh internet (computer mediated communications). Ruang ini dibangun atas kesepakatan maupun kesepahaman antar anggotanya. Penulis melakukan penelitian terhadap kelompok virtual keagamaan yang mengungkapkan pemikiran yang berlawanan dengan keyakinan gereja pada umumnya, yaitu menolak vaksin COVID-19. Riset ini bertujuan untuk menemukan alasan-alasan keagaaman dibalik penolakan mereka terhadap vaksin COVID-19. Metode Penelitian yang digunakan di dalam kajian ini adalah kualitatif dengan pendekatan netnografi. Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari budaya dan komunitas daring (cyberspace) yang memanfaatkan interaksi sosial yang termediasi oleh komputer/internet. Setelah melewati serangkaian prosedur penelitian, penulis menemukan argumentasi-argumentasi keagamaan yang digunakan untuk menolak vaksin, yaitu: kekhawatiran terhadap efek negatif vaksin, keraguan dalam prosedur uji vaksin, keberatan moral dan etis, ekspresi iman yang utuh, pola pikir religious - apokaliptik, dan keyakinan tentang konspirasi elit global.