Konsekuensi Penerapan Kurikulum Adab Bagi Penghafal Al-Qur’an
Abstract
Abstrak Diantara bentuk kelaziman bagi seorang yang menguatkan tekadnya untuk menjadi penghafal Al-Qur’an adalah Mengamalkan apa yang telah dihafalnya, karena pada hakikatnya di dalam menghafal al-Qur’an,tidak akan pernah ada putus-putusnya. Dengan menyelesaikan hafalan Al-Qur’an seluruhnya,bukan berarti seorang penghafal Al-Qur’an lepas dari tanggung jawab,namun ia dituntut untuk melakukan hal-hal yang seharusnya diamalkan para penghafal Al-Qur’an.Karena pada hari kiamat kelak,Al-Qur’an yang telah dihafalnya dapat menjadi pisau bermata dua,kalau bukan menjadi pembela baginya,maka Al-Qur’an akan menjadi penuntut baginya.Setelah menghafal Kalamullah,maka ia menanggung beban diwajibkan baginya untuk memahami makna Al-Qur’an,untuk mendakwahkan-nya,dan menghiasi dirinya dengan poin-poin adab yang ada pada Al-Qur’an.Terlebih lagi Adab adalah penghias bagi seorang muslim,maka seorang mukmin yang mempelajari ilmu agama terlebih lagi Al-Qur’an,lebih berhak untuk menghiasi dirinya dengan akhlak.Namun ironisnya banyak penghafal al-Qur’an yang tidak mengindahkan dirinya dengan akhlak yang mulia.Masih Kita dapati sebagian penghafal al-Qur’an di negeri kita ini yang belum mengamalkan isi al-Qur’an,masih ada yang tidak menghormati gurunya,bersikap angkuh,tidak berperilaku baik kepada sesama teman,atau yang lebih muda darinya,tidak mengontrol dirinya dalam bertutur kata,dan masih banyak lagi adab adab yang belum terdapat pada sebagian penghafal Al-Qur’an di negeri tercinta ini.Untuk itu,penulis membaca dan meneliti kitab Akhlak hamalatil Qur’an karya imam Al-Ajurri dan berusaha memaparkan penerapan kurikulum adab bagi penghafal Al-Qur’an. Abstract It is prevalent among people who aim to memorize the Qur’an to practice what they have memorized,because the essence in memorizing the Qur’an is that it is never-ending.Fully memorizing the Qur’an does not absolve the memorizer from the duty of what he or she memorized,but instead demands the memorizers to practice what he or she memorized.The memorized Qur’an can be a double-edged knife in the hereafter,if not as a shield then it will be a burden upon the memorizer.The memorizers of the Words of God (Kalamullah) must uphold the duties upon them to understand the meaning of the Qur’an,to practice and teach the Qur’an,and beautify themselves with the good manners (‘Adab) as described in the Qur’an.Furthermore,the ‘Adab is the decoration of the believers.Thus, students of the Diin should have the greater right upon this decoration.Ironically,some memorizers of the Qur’an fail to maintain a higher standard of behavior becoming of their status as people of knowledge.Some of these memorizers do not practice what they memorized.These people disrespect their teachers,being arrogant,show bad manners to peers or those younger than them,do not refrain from wasteful words,and many more manners unbecoming of a memorizer of the Qur’an.Therefore,the author reads and reviews the book Akhlak hamalatil Qur’an and conceptualizes the implementation of an ’Adab curriculum for Al-Qur’an memorizers.