Mitos Watu Loso Dan Praktik Slametan Masyarakat Using Dusun Krajan Desa Alasmalang Singojuruh Banyuwangi
Abstract
Mitos merupakan cerita irrasional yang dikaitkan dengan suatu kepercayaan agama yang merupakan warisan bangsa primitif. Meskipun di zaman modern seperti sekarang ini, masih banyak orang yang masih memegang teguh mitos yang merupakan warisan nenek moyang yang di wariskan dari generasi ke generasi. Kepercayaan terhadap mitos bagian dari kebudayaan yang telah mengakar. Seperti mitos Watu Loso dan praktik slametan yang sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat Using Dusun Krajan Desa Alasmalang Singojuruh Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskripif dengan jenis pendekatan naratif. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa: Mitos Watu Loso dalam praktik slametan diproduksi sebagai upaya memohon keselamatan. Proses reproduksi mitos tidak bisa lepas dari peran beberapa tokoh dengan masyarakat yang saling berkomunikasi secara efektif untuk melestarikannya. Tokoh yang paling dominan dalam reproduksi mitos adalah Muraji yang merupakan tokoh adat sekaligus keturunan Buyut Karti (generasi ke-4). Kepercayaan terhadap mitos Watu Loso diperkuat dengan beberapa momen mistis ketika mengadaka hajatan dan melakukan semedi di Watu Loso. Hujan angin, desel mati, dan janur roboh merupakan dampak karena tidak melalukan slametan di Watu Loso. Adanya sosok kerbau berkepala ular yang selalu menampakkan diri pada orang yang melakukan semedi, dipercaya sebagai (danyang) penunggu Watu Loso agar tidak memiliki niatan untuk mendapatkan sesuatu dari Watu Loso dengan jalan pintas.