Aktualisasi Perempuan dalam Ruang Domestik dan Ruang Publik Persepktif Sadar Gender

Abstract

Terlahir sebagai laki-laki atau perempuan adalah takdir atau kodrati secara biologis. Namun jika dilihat dari aspek non-biologis, keduanya memiliki hak yang sama dalam hal mengembangkan potensi diri, dalam hal ini adalah aktualisasi diri, baik di ruang domestik maupun di ruang public karena keduanya memiliki tugas yang sama yaitu khalifatullah fil ard. Permasalahannya sekarang adalah pemberian aktualisasi diri di ruang publik bagi perempuan ternyata menjadi bomerang bagi mereka, hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu; pertama, kurangnya potensi diri sehingga tidak mampu bersaing dengan laki-laki dan kedua, kesiapan relasi gender yang belum mateng sehingga menciptakan permasalahan baru, yakni beban ganda bagi perempuan, berdasarkan permasalah tersebut, artikel ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan konstruksi peran domestik dan peran publik perspektif sadar gender dan mendeskripsikan aktualisasi perempuan dalam ruang domestik dan publik perspektif sadar gender. Jenis penelitian ini adalah kajian pustaka (library research) dengan menggunakan metode yang bersifat deskriptif kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, menafsirkan peran domestik dan publik berarti merekonstruksi maindset laki-laki dan perempuan sehingga mereka dapat secara proporsional mengeksplorasi peran dan potensi mereka, di ranah domestik dan ranah publik. Secara real kesetaraan dan keadilan gender merupakan situasi yang dinamis, di mana laki-laki dan perempuan memiliki hak, kewajiban, peran dan kesempatan yang dilandasi rasa saling menghormati, menghargai dan mendukung di berbagai sektor baik dalam ranah domestic maupun ranah publik, kedua, esensi ketersalingan dalam relasi gender menegaskan bahwa baik laki-laki maupun perempuan adalah makhluk Tuhan, sebagai haba Tuhan, keduanya memiliki tanggungjawab kemanusiaan, memakmurkan bumi, dan mensejahterakan manusia. Aktualisasi diri perempuan sebagai bekal dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, baik dalam ruang domestik maupun publik, pada tahap awal dapat diwujudkan melalui bidang pendidikan, sebagai standar minimu adalah sebagai pendidik awal bagi anak-anaknya kelak, ungkapan “ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak” (al-ummu madrasah Ula) adalah sebuah proklamasi mengenai pentingnya pendidikan perempuan agar kelak ketika menjadi seorang ibu mampu mendidik anak dengan baik.