Agama Adam dan Peribadatan dalam Ajaran Samin

Abstract

This article to description Adam religion and worship Samin community in Region Kudus  Central Java. This research data was descriptive analysis a by interview, participatory observation, and literature review. Data collection was analysed using a qualitative descriptive approach. Data collection was observation and literature. Public research aim gets rid of stigma as a dissident, ateis, poor. By understanding about Samin realize tolerance. Result, word ‘Adam’ for Samin is prime god creatures. Religious Adam teachings semedi, pray, fasting, and manifested in life wisdom. A place of worship in home (sanggar pamujan), best time of worship at midnight time. Obedience and disobedience dependents personally. Adam religions by government is indigenous religions. The teachings by oral traditions. Basic problem fased Samin community is poor not be a farmer anymore especially young children, not united and disagree between Samin the impact of understanding the teachings said inherit need a middle ground between Samin the attempts to argue for government watch out for. Tujuan ditulisnya artikel ini untuk mendeskripsikan agama Adam dan peribadatan warga Samin di Kudus Jawa Tengah. Mempublikasikannya bertujuan agar stigma negatif pada warga Samin sebagai pembangkang, ateis, kolot dan sebagainya dengan memahami dengan utuh ajarannya maka terwujud toleransi. Data diperoleh dengan wawancara, observasi, dan kajian literatur. Kata ‘Adam’ bagi warga Samin diakui sebagai makhluk (Yai) Tuhan yang dilahirkan pertama di dunia. Keberadaannya untuk menghidupkan dunia. Ajaran agama Adam berupa semedi, doa, puasa, dan diwujudkan dalam perilaku bijaksana. Tempat bersemedinya di kamar rumahnya (sanggar pamujan), waktu yang terbaik untuk berdoa adalah tengah malam (tengah latri). Ketaatan atau ketidaktaatan individu warga Samin terhadap ajaran agama Adam sangat ditentukan oleh kualitas dirinya. Agama Adam oleh negara dikategorikan penghayat kepercayaan. Ajarannya diwariskan secara regenerasi dengan bahasa tutur. Problem mendasar yang dihadapi warga Samin adalah perekonomiannya yang tidak sejahtera sehingga meninggalkan dunia pertanian menjadi pekerja urban, terutama yang usia muda. Ketidak kompakan antar-warga Samin imbas tafsir atas ajaran Ki Samin yang diwariskan secara tutur perlu jalan tengah antar-Samin sehingga upayanya bersuara pada pemerintah atas haknya diperhatikan