Ketahanan Pangan dalam Al-Qur’an dan Aktualisasinya dalam Konteks Keindonesiaan Berdasarkan Penafsiran terhadap Surat Yusuf Ayat 47-49
Abstract
Food is an essential requirement for humans in carrying out their lives. Indonesia is an agrarian country, but in reality, food security is apparently still very fragile. The evidence is evident from the large number of people's food imported from abroad. There is still a lot of wrong food management which causes Indonesia to not have food sovereignty. This article discusses food security in the Koran by analyzing Qs. Joseph verses 47-49. This study is qualitative, literature and will conduct a search of Qs. Joseph 47-49. This article found that, first, Qs. Yusuf explained the meaning contained in the interpretation of dreams of the fertile period and famine explained what people must do to maintain food security. Second, the contextualization of Indonesia's food defense includes: Increasing the quality and quantity of agricultural products, environmentally friendly agriculture, proportional consumption, moderation, and knowledge of weather and disasters. Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia dalam melangsungkan kehidupannya. Indonesia merupakan negara yang agraris, namun ketahanan pangan ternyata masih sangat rapuh. Bukti itu terlihat dari masih banyaknya bahan pangan rakyat yang diimpor dari luar negeri. Masih banyak pengelolaan pangan yang salah sehingga menyebabkan Indonesia tidak mempunyai kedaulatan pangan. Artikel ini membahas tentang ketahanan pangan dalam al-Quran dengan menganalisis QS. Yusuf (12): 47-49. Kajian ini bersifat kualitatif, kepustakaan dan akan melakukan penelusuran ragam penafsiran terhadap QS. Yusuf(12): 47-49. Artikel ini menemukan bahwa, pertama, ayat tersebut menjelaskan makna yang terkandung dalam tafsiran mimpi, terkait masa subur dan paceklik dan menjelaskan apa yang harus dilakukan masyarakat demi menjaga ketahanan pangan. Kedua, kontekstualisasi pertahanan pangan Indonesia meliputi: Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, pertanian ramah lingkungan, konsumsi yang proporsional dan tidak berlebihan, serta pengetahuan tentang cuaca dan bencana.