Keunikan Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh Karya Teungku Mahjiddin Yusuf

Abstract

In general, the translation of the Koran is done in the national language so that it can be understood by the general public, but one of the Acehnese clerics, Tgk. H. Mahjiddin Jusuf in his work Al-Karim Qur'an and Free Translation of Rhyme in Acehnese translates the Qur'an in Acehnese and in the form of nazam. Based on this phenomenon, it is necessary to conduct a study to see the uniqueness and characteristics, advantages and disadvantages of the work. This research is a literature study with the data sources being the Qur'an and the Free Translation of Rhyme in Acehnese which was analyzed descriptively. The results showed that the interpretation made by Mahjiddin Jusuf was lughawi (language), because he translated the Koran by expressing words poetically. In terms of method, this work is included in the ijmali interpretation method, because it explains the meaning of the Qur'an globally. The translation of the Koran also has regional and literary characteristics, because it expresses the meaning of the Koran in the regional language (Aceh) in the form of a-b-a-b rhymes with an Acehnese cultural approach. Pada umumnya penerjemahan Alquran dilakukan dalam bahasa nasional sehingga dapat dipahami khalayak ramai, namun salah seorang ulama Aceh Tgk. H. Mahjiddin Jusuf dalam karyanya Alquran al-Karim dan Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh menerjemahkan Alquran dalam bahasa Aceh dan dalam bentuk nazam. Berdasarkan fenomena ini, maka perlu dilakukan kajian untuk melihat keunikan dan karakteristiknya, kelebihan dan kekurangan karya tersebut. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan sumber datanya Alquran dan Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh yang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penafsiran yang dilakukan Mahjiddin Jusuf bercorak lughawi (bahasa), karena menerjemahkan Alquran dengan mengungkapkan kata-kata secara puitis. Dari segi metode, karya tersebut termasuk dalam metode tafsir ijmali, karena menjelaskan makna Alquran secara global. Terjemahan Alquran tersebut juga berkarakteristik kedaerahan dan sastra, karena mengungkapkan makna Alquran dengan bahasa daerah (Aceh) dengan bentuk sajak a-b-a-b dengan pendekatan kultur masyarakat Aceh.