Menguatkan Watak Otentik Ulama Nusantara dalam Berdialektika dengan Budaya Lokal dari Waktu Ke Waktu sampai Era Kekinian
Abstract
Ulama adalah orang yang menguasai ilmu-ilmu agama. Keilmuan yang dimiliki oleh ulama ini bersambung secara runtut hingga kepada Rasulullah saw. ulama memiliki tanggung jawab besar dalam membina, membimbing dan mengarahkan umatnya agar tidak tersesat dari ajaran Islam. Ulama memiliki tanggung jawab dalam melestarikan ajaran-ajaran Islam dan budaya-budaya yang telah dikembangkan oleh para ulama sebelumnya, namun mereka tetap kritis terhadap ajaran dan budaya yang telah dikembangkan oleh para ulama sebelumnya. hal ini karena Para ulama memiliki peran dan tanggung jawab dalam menegakkan dakwa Islamiyah, mengkaji dan mengembangkan ajaran Islam diantaranya adalah mengembangkan sistem pendidikan baik secara formal seperti madrasah maupun non formal seperti pesantren bagi generasi umat Islam di masa akan datang. Diantara sekian banyak ulama yang sangat menjaga tradisi-tradisi yang dikembangkan oleh ulama-ulama terdahulu baik secara keilmuan maupun budaya-budaya lainnya adalah Gus Dur. Gus Dur sebagai mana diketahui memiliki tradisi keilmuan tidak hanya di pondok-pondok pesantren di Nusantara tetapi juga di Timur Tengah terutama di Al Azhar Kairo Mesir dan di Irak. Namun begitu Gus Dur tidak meninggalkan tradisi-tradisi dan budaya-budaya di Nusantara terutama tradisi pesantren yang berhaluan Ahlu As Sunnah Wa Al Jama’ah. Gus Dur sendiri memiliki kecenderungan kepada sufistik dan mistik dari kebudayaan tradisional.