Kontribusi Pemuda Muslim terhadap Komunitas Waria (Studi Kasus Peningkatan Motivasi Beribadah dalam Membentuk Kesalehan Rohani berdasar Nilai Qur’ani di Pondok Pesantren Waria, Kotagede, Yogyakarta)

Abstract

    Indonesia is a pluralist country as seen from aspects of race, language and religion; accordingly, various friction arises that lead to problems and irregularities in the communitiy fabric. Such friction is inconsistent with both the ideals and identity of Indonesia. In reviewing this phenomenon, it is necessary to take precautionary measures to protect the community through building awareness of ‘noble character’. The spread of the transgender community will cause negative conversation in the middle of the community, making them isolated and resulting in the destruction of the social order.Related to this, in the Qur’an as he says, the letter Q.S Ali-Imran verse 14.If we look even further, we can help them be aware through positive Islamic recitation activities that can be done in real terms, including: Al-Qur’an Reading (BTQ), regular Islamic studies, gender training, and breaking fast together. The aim is to increase their religious motivation and piety as Muslim transgendered people. The essence is to affirm their human rights through recognition and respect because, after all, they are a part of the community. This research uses field research and literature. The results of this study indicate that those in the transgender community felt a positive impact such as their Islamic insights increased, their spiritual values rose, the quality of worship became increasingly steady and deep, their paradigm in thinking paradigm changed, their emotional spiritual intelligence increased, their skills in reading and reciting Al-Qur’an grew more mature, and ukhuwah values among Muslims grew tighter. In conclusion, the activities carried out had a positive effect by focusing on increasing the motivation for worship in the transgender community, giving freedom of interaction both spiritually and emotionally as an effort to increase their spiritual piety. [Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat kemajemukan dilihat dari aspek ras, bahasa dan agama sehingga timbul berbagai gesekan pada kehidupan bermasyarakat, yang tak jarang menimbulkan masalah yang mengakibatkan penyimpangan. Hal ini menjelaskan bahwa Indonesia sudah mulai kehilangan jati diri. Meninjau fenomena tersebut, perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk bisa memagari masyarakat dalam mewujudkan umat yang berkepribadian mulia. Menyebarnya komunitas waria akan menimbulkan perbincangan negatif di tengah masyarakat sehingga membuat mereka terkucilkan dan mengakibatkan rusaknya tatanan sosial. Terkait hal tersebut, dalam Al-Qur‟an sebagaimana firman-Nya surat Q.S Ali-Imran ayat 14. Padahal jika memandang lebih jauh, kita bisa membantu menyadarkan mereka melalui kegiatan-kegiatan positif bernafaskan islami yang bisa  dilakukan secara nyata, di antaranya: Baca Tulis Al-Qur‟an (BTQ), kajian rutin keislaman, training gender dan buka puasa bersama. Tujuannya, adalah untuk meningkatkan motivasi beribadah mereka dalam rangka meningkatkan kesalehan seorang waria. Esensinya tidak menafikan hak kemanusiaan, sehingga mengangkat aspek keberadaan dalam masyarakat dan diakui serta dihargai karena walau bagaimanapun, mereka adalah bagian dari masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan (library research). Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa para waria tersebut merasakan dampak positif seperti wawasan keislaman mereka bertambah, nilai spiritual semakin tinggi, memantapkan kualitas ibadah yang semakin dalam, mengubah paradigma berfikir serta meningkatkan kecerdasan spiritual emosional, keterampilan dalam baca tulis Al-Qur‟an juga semakin matang serta merasakan eratnya nilai ukhuwah sesama muslim. Kesimpulannya  kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut memberikan pengaruh positif dengan menitikberatkan pada peningkatan motivasi beribadah seorang waria dengan memberikan kebebasan berinteraksi, baik dari segi spiritual maupun emosional sebagai upaya meningkatkan kesalehan rohani seorang waria.]