Gagasan Islam Nusantara Sebagai Kearifan Lokal di Indonesia

Abstract

This study employs a philosophical approach to ideas and thoughts of Nahdlatul Ulama (NU), one of largest Islamic mass organisation in Indonesia, in regards to the way this organisation responds to globalization, providing reference especially to their adherence and Muslim society in general. As many other Muslim organisations, NU has been struggling in to deal with globalization issues, along with its challenges, opportunities, and threats. Initiatives and efforts have been initiated by NU leaders to avoid negative impacts of globalisation for the society. In this regards, NU leaders with their discourse of Islam Nusantara are known for their thoughts and approach in maintaining religious harmony, not only among Muslims but also for Indonesian society in general. The Research focuses on three research questions; firstly, what is the main idea behind the discourse of Islam Nusantara?; secondly, what are the approach employed by NU leaders to promote the discourse of Islam Nusantara?; and, thirdly, to what extent the discourse of Islam Nusantara has significance in the context of society’s respond towards globalization? The data collected through literature and documentary study, focusing on primary sources related NU and the discourse of Islam Nusantara. The research found that the idea of Islam Nusantara is an effort to re-establish the contemporary thought of Islam in Indonesia, which allows a process of dialogue between new ideas and thoughts and what have been preserved as heritage from the past. In more specific way, the new idea of Islam Nusantara is basically an effort to interpret the big idea of Pribumisasi Islam, firstly introduced by Abdurrahman Wahid, one of the most prominent NU leaders, in 1980s. The discourse of Islam Nusantara has been actively promoted by NU through its branches in the country as well as its linkages of the prominent figures and scholars. It appears that the discourse of Islam Nusantara is proven to be one of the most prominent contemporary thoughts in Indonesia as they relate to indigenous Islam in Indonesia. Referring to Hegelian’s perspective, the discourse of Islam Nusantara is a form synthesis between globalization, as a thesis, and indigenous Islam, as an anti-thesis. [Kajian ini menggunakan pendekatan filosofis mengenai ide dan pemikiran Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi terbesar di Indonesia mengenai cara organisasi ini menghadapi globalisasi yang memberikan tuntunan khususnya kepada para anggotanya dan masyarakat muslim secara umum. Sebagaimana organisasi muslim lainnya, NU telah bergulat dalam menangani persoalan-persoalan globalisasi beserta tantangan, peluang, dan ancamannya. Upaya dan inisiatif telah digalakan oleh para pemimpin NU untuk mengatasi dampak negatif untuk masyarakat dari globalisasi. Dalam hal ini, para pemimpin NU dengan wacana Islam Nusantaranya dikenal luas karena pemikiran dan pendekatan mereka dalam menjaga kerukunan umat beragama, tidak hanya umat muslim namun juga bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Fokus kajian ini meliputi tiga rumusan masalah yaitu, pertama, Apakah ide pokok dalam wacana Islam Nusantara? Kedua, pendekatan apa yang digunakan para pemimpin NU untuk menggalakan wacana Islam Nusantara? Ketiga, sejauh mana wacana Islam Nusantara, dalam konteks respon masyarakat terhadap globalisasi memiliki signifikansinya? Data dari kajian ini dikumpulkan melalui studi pustaka dan dokumenter, dengan penekanan pada sumber primer tentang NU dan wacana Islam Nusantara. Dari penelitian ini ditemukan bahwa gagasan Islam Nusantara adalah suatu upaya mengembangkan kembali pemikiran Islam kontemporer di Indonesia, yang memberikan jalan bagi proses dialog antara gagasan dan pemikiran baru dengan warisan masa lalu yang kini masih dipertahankan. Dalam cara tertentu, gagasan Islam Nusantara pada dasarnya adalah sebuah upaya menafsirkan ide besar tentang Pribumisasi Islam yang pertama kali dikenalkan oleh Abdurrahman Wahid, salah satu pemimpin NU yang paling berpengaruh pada tahun 1980. Wacana Islam Nusantara telah secara aktif digalakan oleh NU melalui cabang-cabangnya di Indonesia beserta jaringan para tokoh-tokoh dan ulama NU yang terkemuka dan berpengaruh. Ini menunjukkan bahwa wacana Islam Nusantara terbukti menjadi salah satu produk pemikiran kontemporer yang paling menonjol berkenaan dengan Islam Pribumi di Indonesia. Merujuk pada perspektif Hegelian, wacana Islam Nusantara adalah bentuk sintesis antara globalisasi sebagai tesis dan Islam Pribumi sebagai anti-tesisnya.]