Etika Santri kepada Kiai Menurut Kitab Ta'lim Muta'allim di PP. Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta

Abstract

Education in Indonesia currently, just focuses on educate the brain and skills in carrying out tasks and recoginizing moral values. The absence of moral values shows that there is a reduction in education in Indonesia today. Therefore education should not only talk about how to transfer knowledge for the student, but also transfer good moral values as a whole. Teachers are not only a source of knowledge, but also the role models. Islamic education which is rooted in the culture of Indonesian society is pesantren or boarding school. In daily life at the boarding school, the figure of the kiai is very influential on the personality of the students, this is based on the santri's sense of ta'dzim to the kiai or commonly referred to as tabarukan or ngalap barokah kiai, thus making the students highly esteem and respect their kiai. One of the learning materials that have been taught at the beginning of teaching is the Ta'lim Muta'allim book. The goal is to instill a commendable attitude or commendable morals for the students. The methods used are qualitative and quantitative, namely analyzing carefully the views and responses of the ethics of the santri to the kiai according to the Ta'lim Muta'allim book at the Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Islamic boarding school in Yogyakarta. The results of the study concluded that the kiai and santri relationship is an ethical relationship. Namely a relationship that gives rise to submission and obedience. These two things will distinguish ethics and etiquette. If ethics deals with the attitude of students who are submissive and obedient, then etiquette deals with the attitude of the santri who are polite. However, this santri ethics does not emerge by itself. This ethic arises because of external influences. [Pendidikan Indonesia saat ini hanya terfokus pada upaya untuk mencerdaskan otak dan keterampilan dalam melaksanakan tugas, sehingga meminggirkan nilai-nilai moral dan akhlak. Absennya nilai-nilai moral dan akhlak ini menunjukkan bahwa terjadi reduksi dalam dunia pendidikan di Indonesia hari ini. Oleh karena itu pendidikan sebaiknya tidak semata-mata hanya berbicara mengenai bagaimana melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada murid, namun juga melakukan transfer nilai-nilai moral dan akhlak yang baik secara menyeluruh. Dengan begitu, guru bukan hanya menjadi sumber ilmu tapi juga suri tauladan. Hanya dengan demikian pendidikan bisa dipahami secara utuh. Pendidikan Islam yang berakar dari budaya masyarakat Indonesia adalah pesantren. Dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren, sosok kiai sangat berpengaruh terhadap kepribadian santri, hal tersebut didasari oleh rasa ta'dzim santri kepada kiai atau biasa disebut dengan istilah tabarukan atau ngalap barokah kiai, sehingga menjadikan para santri sangat mengangungkan dan menghormati kiainya. Materi pembelajaran yang sudah diajarkan di awal pengajaran salah satunya adalah kitab Ta'lim Muta'allim tujuannya ialah menanamkan sikap terpuji atau akhlak terpuji bagi kalangan santri. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, yaitu menganalisis secara cermat tentang pandangan dan tanggapan mengenai etika santri kepada kiai menurut kitab Ta’lim Muta’allim di pondok pesantren Kotagede Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan data primer yang didapat langsung oleh peneliti dari hasil penelitian lapangan dengan instrumen yang sesuai. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa relasi kiai dan santri adalah relasi etis. Yaitu relasi yang memunculkan ketundukan dan kepatuhan. Dua hal ini akan membedekan etika dan etiket. Jika etika menggumuli sikap santri yang tunduk dan patuh, maka etiket menggumuli sikap santri yang sopan lagi santun. Namun demikian, etika santri ini tidak muncul dengan sendirinya. Etika ini muncul karena pengaruh eksternal.]