Respon Masyarakat Lokal dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
Abstract
The COVID-19 pandemic is a non-physical disaster that has quite an impact on various aspects of life, one of which is in the economic sector. The existence of this pandemic has paralyzed economic activity in various countries, one of which is Indonesia. So that society must try to stay alive. This study aims to determine the socio-economic conditions of the bamboo craftsmen community during the COVID-19 pandemic. In addition, this study aims to determine the efforts made by bamboo craftsmen to survive in the midst of uncertain conditions. This study used a qualitative descriptive research method, namely to describe the factors that caused the bamboo craftsmen community in Muntuk Village experienced economic downturn. Furthermore, through this method the bamboo craftsmen community will respond in order to remain resilient so that they can survive in the new normal era. The results of this study indicate that the bamboo craftsmen experienced an economic downturn caused by several factors, including the Large-Scale Social Restriction (PSBB) policy, regional quarantine, increased community living costs, decreased prices and numbers of bamboo handicraft orders, and school fees in the future online learning. Seeing these conditions, bamboo craftsmen must shape themselves to remain resilient. The response has been to continue producing bamboo handicrafts, switching to mobile vendors and online shops, and building market relationships with various parties such as restaurants, hotels, markets and company. [Pandemi COVID-19 merupakan bencana non fisik yang cukup berdampak di berbagai aspek kehidupan, salah satunya di sektor ekonomi. Keberadaan pandemi ini melmpuhkan kegiatan perekonomian di berbagai Negara, salah satunya Indonesia. Sehingga masyarakat harus berusaha untuk agar tetap bertahan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat pengrajin bambu di masa pandemi COVID-19. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pengrajin bambu agar tetap bertahan hidup di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yakni untuk mendeskripsikan dan memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pengrajin bambu di Desa Muntuk mengalami keterpurukan ekonomi. Lebih lanjut, melalui metode ini akan dipaparkan bagaiamana respon masyarakat pengrajin bambu agar tetap resiliens sehingga mampu bertahan di era normal baru. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para pengrajin bamboo mengalami keterpurukan ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), karantina wilayah, meningkatnya biaya hidup masyarakat, menurunnya harga dan jumlah pesanan kerajinan bambu, dan biaya sekolah di masa pembelajaran daring. Melihat kondisi tersebut, pengrajin bambu harus membentuk diri mereka agar tetap resiliens. Adapun respon yang dilakukan adalah dengan tetap memproduksi kerajinan bambu, beralih menjadi pedagang keliling dan online shop, serta membangun relasi pasar dengan berbagai pihak seperti restaurant, hotel, pasar dan PT.]