Peziarah Imam Lapeo: Akulturasi antara Budaya Mandar dan Ziarah Islam

Abstract

Ada yang berpendapat1 bahwa makna kata “Wali” di Jawa dengan “Wali” di Sulawesi tidaklah sama. Wali di Jawa merujuk pada tokoh penyebar agama walaupun para wali juga mempunyai profesi dan keahlian yang berbeda-beda.Di Sulawesi, wali merujuk kepada orang-orang hebat dan sakti dengan keahlian yang berbeda pada setiap daerah. Misalnya, Syeh Yusuf Al Makassari adalah ahli agama, Arung Palakka adalah ahli perang, dan lain sebagainya. Terlepas dari perbedaan itu, mereka memiliki persamaan yakni penghargaan dan penghormatan dari masyarakat. Masyarakat mengakui akan kebesaran mereka yang ahli agama, ahli perang, dan sebagainya (Zuhriah, 2013). Imam Lapeo merupakan salah satu dari tujuh wali (wali pitu) adalah tokoh agama yang menganjurkan dan mengajarkan Islam di Mandar namun sebelum beliau sudah ada penyebar agama sebelumnya. Muslimin2 (1981) misalnya menulis tokoh-tokoh agama sebelum Imam Lapeo seperti: Abdul Rahim Kamaluddin (datang di Mandar pada abad ke 16, di masa pemerintahan Raja Balanipa yang VI yang bernama Daetta Tommuane atau Kakanna I Pattang), Raden Mas Suryo Adilogo (dipercaya berasal dari Jawa), dan Abdurrahman Al-Adiy atau Guru Ga’de sebagai penyebar agama Islam