Kawruh Jiwa: Analisis Diskursus Memahami Diri dan Orang Lain dalam Bingkai Keragaman

Abstract

Keragaman yang menjadi fitrah suatu bangsa kini sedang diuji dengan munculnya ideologi keseragaman. Sudah menjadi nilai dasar, bahwa kehidupan manusia terdiri dari berbagai bangsa dan suku, karena dimanapun tempatnya di muka bumi ini manusia senantiasa hidup bersosial dengan manusia lain. Namun demikian, tarikan upaya untuk menyeragamkan bangsa dan suku tersebut tidak dapat dipungkiri. Ada perasaan tidak menerima keragaman itu karena dianggap sebagai sesuatu yang bisa memecah persatuan nasional. Padahal sesungguhnya dengan memahami dan menghargai keragaman itulah justru menjadi sumber pemersatu bangsa itu sendiri. Menghargai keragaman pada hakekatnya adalah menghargai dan memahami diri sendiri. Pentingnya memahami diri dan orang lain perlu dilakukan. Tulisan ini berupaya menjelaskan bagaimana memahami diri dan orang lain dalam kehidupan yang beragam berbasis perspektif kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram. Dengan melakukan analisis diskriptif, Eksplorasi dari tulisan ini menunjukkan bahwa pemikiran tentang diri sendiri Ki Ageng Suryomentaram, yang berkaitan dengan relasi sosial, memiliki tiga konsep nandhing salira, tepa salira, dan mulat salira. Konsep nandhing salira kiurang dapat menghargai keragaman sementara. tepa salira, dan mulat salira sangat baik dikembangkan karena dapat mendorong untuk menghargai adanya keragaman dalam kehidupan masyarakat