DILEMATIKA PENGEMBANGAN MUSIK TALEMPONG TRADISI MENJADI TALEMPONG KREASI DAN TALEMPONG GOYANG DI SUMATERA BARAT

Abstract

ABSTRACT Talempong experiences metamorphosis from cultivated/orchestration aspect and form, from tradition into talempong kreasi and talempong goyang. This change is oriented on the diatonic musical system – by changing the musical scale/gamut into diatonic gamut. This new musical characteristic can accommodate various kinds of song such as traditional song, Minang pop-song, and dangdut so it is able to enter various people’s musical tastes. This change results on pessimistic and optimistic dilemma among people, artists, and art academics in Sumatera Barat. It’s pessimistic because the development rate of talempong kreasi has “killed” half of the social function of the talempong tradisi in the society and urged its distribution area to remote areas. Meanwhile, they who are optimistic move forward to developing talempong kreasi with bigger orchestration, with the wider scope of audience, even it can reach the outside area of Minangkabau ethnicity. This article aims at discussing the Dilemmatics of Minangkabau talempong (traditional music) development in Sumatera Barat. Observation toward the growth and development of talempong kreasi became the important data to support this research, and also simultaneously observe the existence of talempong tradisi in the society. Keywords: dilemmatics, talempong tradisi, talempong kreasi, and talempong goyang  ABSTRAK Talempong mengalami metamorfosis dari aspek garapan/orkestrasi dan bentuknya, dari tradisi menjadi talempong kreasi dan talempong goyang. Perubahan ini berorientasi pada sistem musik diatonis — dengan mengubah skala/tangga nada ke diatonis. Ciri musik “baru” ini dapat mengakomodasi berbagai jenis lagu tradisi, pop Minang, dan dangdut, sehingga ia mampu memasuki selera musik berbagai kalangan masyarakat. Perubahan ini menyisakan dilematika yang bersifat pesimistik dan optimistik di kalangan masyarakat, seniman, dan akademisi seni di Sumatera Barat. Pesimis, karena laju perkembangan talempong kreasi telah “membunuh” sebagian fungsi sosial talempong tradisi di masyarakat, dan mendesak wilayah sebarannya ke pelosok pedesaan. Sementara mereka yang optimis bergerak lebih maju mengembangkan talempong kreasi dengan orkestrasi yang lebih besar, dengan jangkauan penikmat yang lebih luas, bahkan bisa di luar kawasan etnik Minang. Artikel ini bertujuan membahas dilematika perkembangan talempong (musik tradisional) Minangkabau di Sumatera Barat. Pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan talempong kreasi menjadi data penting untuk mendukung penelitian ini, dan secara bersamaan mengamati pula keberadaan talempong tradisi dalam masyarakat.