Kerukunan Umat Beragama; Relasi Kuasa Tokoh Agama dengan Masyarakat dalam Internalisasi Sikap Toleransi di Bantul, Yogyakarta

Abstract

This article reveals the power relation of religious figures to the maintance of tolerance in society. This article is a qualitative writing using observation and in-depth interviews with selected respondents to obtain data in the field. Using Michael Foucault's theory of power relations, the author reveals the power relations of religious figures in maintaining religious tolerance which has implications for the creation of social harmony. The results of this paper indicate that: Islamic religious leaders have a role in maintaining tolerance because they have the power of hierarchy and dependence so that these roles can be accepted by society. This role is realized by providing an understanding according to the teachings of Islam to the community through tausiah or lectures, providing input on certain situations that are routine or incidental in nature, and preserving religious and social activities. Tulisan ini mengungkap tentang relasi kuasa tokoh agama terhadap penciptaan toleransi dalam masyarakat. Penulisan ini termasuk jenis penulisan kualitatif dengan menggunakan observasi dan wawancara mendalam terhadap responden yang terpilih untuk mendapatkan data di lapangan. Memanfaatkan teori relasi kuasa dari Michael Foucault, penulis mengungkap relasi kuasa tokoh agama dalam menjaga toleransi beragama yang berimplikasi pada penciptaan kerukunan masyarakat. Hasil penulisan ini menunjukan bahwa: tokoh agama Islam mempunyai peran dalam menjaga toleransi karena mempunyai kuasa hierarkies dan ketergantungan sehingga peran tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Peran tersebut direalisasikan dengan cara memberikan pemahaman sesuai ajaran agama Islam kepada masyarakat lewat tausiah atau ceramah, memberikan masukan pada situasi-situasi tertentu yang sifatnya rutin maupun isidental, melestarikan kegiatan-kegiatan keagamaan maupun sosial.