PERUMPAMAAN SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF UNTUK PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN KRISTEN (PARABLES AS AN EFFECTIVE LEARNING MODEL FOR THE PROCESS OF LEARNING IN CHRISTIAN EDUCATION)

Abstract

Parables as a learning model delivered by Jesus were easily captured by the recipient in His day. What was taught by Jesus to His listeners through various forms of delivery. One form of delivery of Jesus' learning method related to Bible hermeneutics is a literary problem. All genres present in the Scriptures. The parable is clearly a genre that is typical of biblical literature. Parables are most often found in the Gospels because Jesus used this genre in his teaching very often. Why? Not without reason is called Jesus teacher. He is a master in the full sense of the word and he is aware of that his listeners - often very simple people - on more than one occasion have difficulty understanding the extraordinary secrets he preaches to them. That is why he applied different methods according to the principles of rhetoric in order to influence a wide audience. Because of the parable - a short story that conveys a comparison of some known life situation or picture - he can certainly more easily influence a large number of listeners and provide it with simple ways of sublime content about God's kingdom, love, mercy, and God's salvation.   Perumpamaan sebagai model pembelajaran yang disampaikan oleh Yesus dengan mudah ditangkap oleh penerima pada jamannya. Apa yang diajarkan oleh Yesus kepada para pendengarnya lewat berbagai bentuk penyampaian. Salah satu bentuk penyampian metode pembelajaran Yesus berhubungan dengan hermeneutika Alkitab adalah masalah sastra. Semua genre hadir dalam Kitab Suci. Perumpamaan jelas merupakan genre yang khas literatur Alkitab. Peumpamaan paling sering ditemukan dalam Injil karena Yesus menggunakan genre ini dalam pengajarannya sangat sering. Mengapa? Bukan tanpa alasan disebut Yesus guru. Dia adalah Guru dalam arti kata sepenuhnya dan dia sadar tentang itu para pendengarnya - seringkali orang yang sangat sederhana - pada lebih dari satu kesempatan memiliki kesulitan memahami rahasia luar biasa yang dia khotbahkan kepada mereka. Itulah mengapa ia menerapkan metode yang berbeda sesuai dengan prinsip-prinsip retorika secara berurutan untuk mempengaruhi khalayak luas. Karena perumpamaan - cerita pendek yang menyampaikan perbandingan dari beberapa situasi kehidupan yang dikenal atau gambar - dia tentu bisa lebih mudah pengaruhnya sejumlah besar pendengar dan memberikannya dengan cara sederhana konten luhur tentang kerajaan Allah, kasih, rahmat, dan keselamatan Allah.