SASTRA LISAN MENOLAK MATI: CERITA DAN PANTUN ISLAMI SEBAGAI MEDIA DAKWAH DI PUNGGUR, PONTIANAK

Abstract

Abstract: Nowadays, television and gadget are so dominant in public and private places. The culture of watching TV and smart phones sidelines the tradition of listening to storytelling. But oral literature is not extinct with the advancement of communication and information technology. The case that this author found in Punggur Village, Pontianak, showed that oral literature, specifically, the religious genre, survived despite the bombardment of various entertainments broadcasted through electronic and digital media. Religious instructors in the village deliver moral messages to children learning al-Qur’an recitation through poems and stories. In fact, the method of storytelling has its own attraction in fostering children's interests to learn about religion. Abstrak: Dewasa ini, kehadiran televisi dan gawai begitu dominan di ruang publik dan privat. Budaya menonton TV dan ponsel pintar menggeser tradisi mendengarkan penuturan cerita secara lisan. Namun sastra lisan tidak punah diterjang perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Kasus yang penulis temukan di Desa Punggur, Pontianak, menunjukan bahwa sastra lisan, spesifiknya, yang bergenre agama, bertahan di tengah gempuran tontonan dan hiburan yang disiarkan melalui media elektronik dan digital. Di sana, guru-guru agama menyampaikan pesan moral kepada anak-anak yang belajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan pantun dan cerita. Metode bercerita memiliki daya tarik tersendiri dalam menumbuhkan minat anak-anak untuk belajar agama.