AGAMA SIAP SAJI DI KALANGAN MILLENIAL
Abstract
AbstractMillennial comes from English, Millennium which means a thousand years. Millennials are described as a generation that cannot be far from technology users including "You Tube" and "Instagram" social media. The development of technology is now increasing, information is becoming more easily known including in studying theology. Problems that often occur, religion that is presented instantaneously through these two media gives more positive and negative implications, in one side of the media it provides an alternative as a means of knowledge of religion, but on the other hand the media provides a superficial understanding of religion as a whole. According to the Republika Data Center from the Ministry of Communication and Information in Indonesia, a number of adolescents are so aggressive in consuming streaming video entertainment and religious content. Ericson noted that in 2011 around 7% of teens between the ages of 16-19 years watched a lot of videos through You Tube. At this time the business is to consume the internet for 18 hours a day. From these data it is interesting to study the religious studies obtained by the millennials from Instagram and You Tube accounts. The focus of this research is to know in comprehensively and in-depth the practical religion of the millennials from the influence of social media, Instagram and You Tube. The researcher conducted interviews with UIN Antasari Banjarmasin students from five faculties represented by each faculty totaling two people. Sampling uses purposive sampling method. This study aims to add understanding in taking a wise attitude to address the phenomenon of understanding religion instantly. The research method used is qualitative, the technique of data collection is done in triangulation, a combination of observation, interviews and documentation. The results of this qualitative study are to understand the uniqueness in constructing the phenomenon and the results of virtual da'wah containing scriptural content−those who understand religion without interpretation−because it refers to the Qur'an and hadith in text an sich). In addition, it also concludes that there is a hybridization of religious identity in the millennials. Therefore, this study provides recommendations that are expected to grow the awareness of the millennial generation so that understanding religion must be comprehensive and do not always make instant things a source of consumption for their religious studies.AbstrakMillenial berasal dari bahasa Inggris, Millennium yang berarti masa seribu tahun. Millenial digambarkan sebagai generasi yang sangat lekat dengan penggunaan media sosia1 “You Tube“ dan “Instagram“. Perkembangan teknologi kini semakin meningkat, informasi semakin mudah diketahui termasuk dalam mengkaji ilmu agama. Permasalahan yang kerap terjadi, agama yang disajikan secara instan melalui kedua media tersebut sedikit banyak memberikan implikasi positif dan negatif, dalam salah satu sisi media tersebut memberikan alternatif sebagai sarana pengetahuan ilmu agama, namun di sisi lain media tersebut memberikan pemahaman yang dangkal terhadap agama secara utuh. Menurut Pusat Data Republika dari Kementerian Kominfo di Indonesia, sejumlah remaja begitu gencar dalam mengkonsumsi streaming video hiburan maupun konten agama. Ericson mencatat pada tahun 2011 silam sekitar 7% remaja antar usia 16-19 tahun banyak menonton video melalui You Tube. Pada saat ini urusan untuk mengkonsumsi internet selama 18 jam dalam sehari. Dari data tersebut menarik untuk diteliti mengenai kajian rkeagamaan yang didapat para millenial dari akun Instagram dan You Tube. Fokus penelitian ini adalah mengetahui secara komprehensif dan mendalam bagaimana keagamaan praktis dari para millenial dari pengaruh sosial media Instagram dan You Tube. Peneliti melakukan wawancara kepada mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin dari lima fakultas yang diwakili setiap fakultasnya berjumlah dua orang. Pengambilan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk menambahkan pemahaman dalam mengambil sikap bijak untuk menyikapi fenomena memahami agama secara instan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, gabungan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami keunikan dalam mengkonstruksi fenomena dan hasilnya dakwah virtual yang berisi konten yang bersifat skriptual—yang memahami agama tanpa interpretasi—karena merujuk al-Qur’an dan hadis secara teks an sich). Selain itu juga secara kesimpulan muncul gerakan hibridasi identitas keagamaan di kalangan millenial. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan rekomendasi yaitu diharapkan tumbuh kesadaran generasi millenial agar dalam memahami agama haruslah komprehensif dan tidak selalu menjadikan hal yang instan sebagai sumber konsumsi rujukan studi agama mereka.