PEMELIHARAAN DIRI: PESAN-PESAN ETIK RAJA ALI HAJI KEPADA PENGUASA

Abstract

Raja Ali Haji meyebutkan bahwa penguasa dan pembesar kejaraan harus menjaga tiga unsur kedirian manusia, yaitu unsur al- jism (jasmani, raga atau fisik), al-nafs (nafsani, jiwa atau psikis), al-rūḥ (rohani, sukma atau spirit). Ketiga unsur ini merupakan satu susunan kesatuan yang tidak dapat dipisah (integral) dan utuh (totalitas) dalam membentukan kedirian manusia. Pertama, dalam pemeliharan rohani Raja Ali Haji menyebutkan penyebab awal terjangkitnya “penyakit” rohani bagi manusia (baca: penguasa dan pembesar kerajaan) dikarenakan “kedatangan beberapa bala’ dan susah atau anwū’ul balā’. Hebatnya lagi, setelah mengidentifikasi secara detail peneyebabnya, Raja Ali Haji juga memberikan solusi dalam mengeleminir, menanggulangi atau dalam mengobati penyakit rohani tersbut.Kedua, Pemeliharan jiwa manusia sedemikian penting, sehingga Raja Ali Haji mengungkap jiwa/hati sebagai “raja” bagi raga manusia. Artinya, kalau hati itu baik pula raganya, sebagaimana kalau raja itu baik akan di rasakan kebaikannya itu oleh masyarakat. Untuk itu, manusia harus senantiasa memelihara dirinya dengan cara menyucikan hatinya (tazkiyah al-Nafs). Dan pada gilirannya manusia yang sudah dan akan selalu menyucian diri akan melahirkan akhlak baik. Pemeliharan diri dikaitakan dengan akhlak yang baik disamakan dengan memeliharan/menjaga nama baik. Ketiga, dalam pemeliharan jasmani/indera-indera ragawi manusia: lidah, mata, telinga, tangan, alat kelamin, kaki dan hati, Raja Ali Haji melakukan dua pendekatan: (i) pendekatan  “indra batini” dan (ii) “indera zahiri”. Untuk pemeliharaan indra batini ia menekankan pendekatan sufistik, misilanya memelihara ketujuh anggota badan itu dari larangan-larangan agama. Untuk pemeliharaan indra zahiri adalah lewat olah raga, menjaga pola makan, waktu tidur yang cukup serta mengatur waktu dalam melakukan hubungan seksual.