Degradasi Landskap Hutan dan Pola Konflik Harimau Sumatra Dengan Manusia di Kabupaten Pesisir Selatan
Abstract
Harimau Sumatera Phantera Tigris Sumatrae adalah satwa endemik pulau Sumatera yang saat ini berada pada red zone atau hewan terancam punah. Banyak faktor penyebab kepunahan, salah satunya adalah deforestasi dan pembukaan lahan untuk kebutuhan manusia menekan landskap hutan alami yang menjadi habitat spesies ini dan memicu terjadinya konflik satwa. Tujuan penelitian untuk melakukan pemetaan jenis landskap berdasarkan konsep ekologi landskap pada kawasan hutan, dan melakukan zonasi konflik satwa liar Harimau Sumatera dengan manusia. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dengan sistem informasi geografis dan penginderaan jauh dan analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah citra satelit sentinel tahun 2020. Riwayat kejadian konflik diperoleh dari BKSDA Provinsi Sumatera Barat data ini dianalisis dengan metode kernel density untuk merepresentasikan zona bahaya konflik. Secara keseluruhan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan penujukkan kawasan hutan dimana yang seharusnya ditutupi oleh lanskap hutan akan tetapi pemanfaatanya adalah pertanian lahan kering. Pada kawasan hutan lindung HL luas perkebunan mencapai 3.363 hektar, pada Kawasan suaka alam KSA 403 hektar dan pada kawasan TNKS Taman Nasional Kerinci Seblat 3192 Hektar. Dalam kurun waktu satu dekade terjadi 23 kali kejadian konflik harimau dengan manusia. Secara spasial konflik ini terfokus pada wilayah utara Kabupaten Pesisir Selatan, yang tersebar di antara dua landskap hutan yang terpisah