INTEGRASI ASPEK AFEKTIF-KOGNITIF MELALUI PEMBELAJARAN BIORESOURCES BERORIENTASI LOCAL WISDOM DAN BERPIKIR SISTEM UNTUK MEMBEKALI PERILAKU KONSERVASI MELALUI KLASIFIKASI-GENERALISASI

Abstract

Upaya restorasi sumberdaya alam hayati (SDAH) atau bioresources melalui Ekoedukasi merupakan tantangan yang tidak ringan apalagi berbasis Local Wisdom.Tidak banyak local wisdom yang sudah diketahui pihak pendidik dan pengambil keputusan, begitu pula data tentang bioresources yang masih meraba-raba. Upaya preservasi dan/atau konservasi lebih dimungkinkan untuk tujuan tersebut sebagai inovasi pendidikan.Kemampuan melakukan generalisasi-klasifikasi yang diperlukan sebagai bekal bagi para biologiwan dan setiap warga (negara-masyarakat-dunia) seyogianya diberdayakan sebagai wahana untuk membangun kebiasaan berpikir dan bertindak secara individu dan secara kelompok. Kemampuan berpikir sistem dalam mempelajari Biologi, baik pada tingkat seluler-molekuler maupun pada tingkat biosfer, berpeluang besar untuk dimanfaatkan dalam mendidik melalui Biologi pada abad ke XXI.Hasil-hasil studi berseri menunjukkan bahwa pembelajaran biodiversitas atau bioresourcesdapat meningkatkan penalaran, kebiasaan berpikir produktif, dan berpikir fleksibel untuk membuat keputusan. Kesadaran, bernalar dan perilaku sangat penting menjadi tujuan utama pembelajaran biodiversitas. Integrasi aspek afektif ke dalam kognitif, termasuk juga integrasi local wisdom ke dalam pembelajaran sains di tingkat pendidikan dasar berupa story telling dibarengi mengangkat klasifikasi rakyat (folk classification) menjadi klasifikasi bertingkat yang ilimiah di tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Dengan cara demikian generasi mendatang bukan hanya dipaksa mengingat fakta-konsep-prosedur dalam biologi, melainkan memiliki pengetahuan metakognitif untuk memilah-menggeneralisasi dan mengambil keputusan berdasarkan cara mempelajaribiodiversitas serta klasifikasinya yang menantang dan berinteraksi dengan alam/ lingkungan sekitarnya.