IMPLIKASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR (TPS) BERKOMPETISI TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA DALAM MATA KULIAH GEOGRAFI LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM

Abstract

Model pembelajaran TPS Berkompetisi, adalah salahsatu upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan model TPS dalam penerapannya di ranah perkuliahan perguruan tinggi. Model TPS berkompetisi adalah perbaikan dari model TPS dengan menambahkan unsur kompetisi di dalam sintaksnya. Kompetisi dimaksud dilaksanakan dengan meminta mahasiswa membuat soal yang harus dijawab oleh teman sekelas dari pasangan lain dalam langkah pairing untuk dijawab pada langkah sharing. Hal ini yang menjadi letak perbedaannya. Penelitian ini mengkaji implikasi model pembelajaran TPS Berkompetisi terhadap hasil belajar kognitif mahasiswa? Penelitian ini bertujuan membuktikan hipotesis bahwa hasil belajar kognitif mahasiswa yang diajar dengan model TPS berkompetisi lebih baik dari mahasiswa yang diajar dengan model TPS. Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain pre test and post test control group. Instrument yang digunakan adalah tes. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan deskriptif kuantitatif dan statistik perbandingan Mann-whitney test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kognitif mahasiswa sebelum pembelajaran pada kelas eksperimen yang diajar dengan model TPS Berkompetisi dan kontrol yang diajar dengan model TPS berada pada tingkat hampir sama. Setelah pembelajaran, rerata hasil belajar kognitif mahasiswa kelas eksperimen yang diajar dengan model TPS Berkompetisi lebih tinggi dari mahasiswa kelas kontrol yang diajar dengan model TPS yaitu 77,78 banding 65,56. Hasil analisis hipotesis menerima H1, artinya hasil belajar kognitif mahasiswa yang diajar dengan model TPS berkompetisi secara signifikan lebih baik dari mahasiswa yang diajar dengan model TPS. Hal ini diduga karena pertama, mahasiswa diminta membuat pertanyaan untuk pasangan lain dan menjawab pertanyaan dari pasangan lain. Kedua, mahasiswa dilibatkan dalam aktivitas belajar yang baru. Ketiga, pengajuan pertanyaan juga merupakan merupakan inti dari pendekatan konstruktivis. Keempat, mahasiswa diminta membuat pertanyaan tingkat tinggi. Kelima, pemberian penghargaan berupa nilai hasil menjawab pertanyaan pasangan lain membuat mahasiswa terdorong untuk terlibat dengan baik.