Pemanfaatan Kultus Masyarakat Terhadap Sumber Air Panas Maronge (Studi Konstruksi Sosial)

Abstract

Kultus terhadap objek budaya merupakan hasil dari pengamatan masyarakat secara empiris, begitu pula kultus terhadap mata air panas di kecamatan Maronge. Dari pengalaman kolektif masyarakat setempat mandi di mata air panas tersebut dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Khasiat tersebut kemudian terinternalisasi dalam masyarakat setempat, sehingga mengkultuskan objek tersebut. Penelitian ini dilakukan guna melihat konstruksi sosial masyakat, di suatu daerah. Dimana selanjutnya konstruksi sosial tersebut bisa dikonversikan untuk membangun pola pikir (persepsi) baru masyarakat terkait urgensi perlindungan Hutan. Tujuan penelitian ini yaitu; (1) Mendeskripsikan bentuk kultus Budaya  di pemandian Air Panas  Kecamatan Maronge, (2) Menjelaskan terbentuknya konstruksi sosial masyarakat terhadap khasiat Air Panas  di Kecamatan Maronge, (3) Menjelaskan pemanfaatkan kultus budaya pemandian Air Panas di Kecamatan Maronge untuk pelestarian hutan lindung.Jenis penelitian kualitatif dengan desain etnografi. Tempat penelitian di Desa Simu Kecamatan Maronge Kabupaten Sumbawa. Subjek penelitian masyarakat Desa Simu, pengunjung Sumber Air Panas dan tokoh adat di desa Simu. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.Hasil dari penelitian ini yaitu; 1. Peran sandro (dukun) dalam proses kultus mata air panas di desa Simu sangat besar, dimana sandro berperan sebagai pelembaga dalam masyarakat dalam mengkonstruksikan mitos dan mistis pada sumber mata air tersebut. 2. Lahirnya pengkultusan masyarakat terhadap mata air panas di desa simu dipengaruhi oleh tiga faktor antara lain: kandungan belerang dalam mata air, faktor relaksasi dari air panas, dan faktor sugesti dari testimony masyarakat yang pernah berobat dari sumber air panas. Paling tidak ada dua potensi dalam konstruksi sosial di Maronge yang bisa digunakan untuk pelestarian hutan. Pertama objek sumber air panas sebagai bagian dari adat dan kebudayaan lokal yang berpotensi dilindungi keberadaannya oleh kearifan lokal setempat. Kedua, Sandro sebagai pelembaga dalam konstruksi sosial bisa berperan sebagai agen budaya dalam konservasi lingkungan.