RITUAL MUANG SAGKAL: TINJAUAN FENOMENOLOGIS TERHADAP RELASI ISLAM DAN BUDAYA DI MASYARAKAT SUMENEP

Abstract

Kabupaten Sumenep memiliki ikon seni tari yang dikenal yaitu tari muwang sangkal. Tari tersebut berangkat dari sebuah ritual. Ritual muwang sangkal merupakan sebuah ritual yang bertujuan untuk membuang kemalangan atau nasib sial yang masih dilakukan di Bumi Sumekar ini. Akan tetapi, banyak dari masyarakat yang hanya mengenal tarinya dari pada ritualnya. Metode yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari metode ini, kemudian peneliti olah dan analisis untuk memperoleh data atau informasi. Data-data diperoleh dari pelaku ritual muwang sangkal, budayawan, dan tokoh masyarakat untuk mendapatkan data-data yang valid. Untuk keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi dengan silang metode, yaitu membandingkan data hasil data yang diperoleh melalui metode dokumentasi. Bentuk ritual muwang sangkal bermacam-macam. Hal-hal yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk membuang dan menjauhkan dirinya dari kemalangan disebut muwang sangkal. Ritual tersebut dilakukan dengan menyediakan pisang rangkap 2 yang tumbuhnya di samping jalan dan buahnya menjorok ke jalan dan diambil sendiri, lalu air sumber asli.  Seperti, tradisi rokat (tase’, pandhaba, sombher, bhuju’) dan selametan (anak, rumah, kendaraan baru, dsb) adalah ritual yang di dalamnya terdapat muwang sangkal. Nilai-nilai keislaman sudah bercampur dengan ritual ini walaupun ritual muwang sangkal sudah ada sebelum Islam datang. Hal ini dapat dibuktikan dengan do’a-do’a yang dipanjatkan ditujukan kepada Allah SWT.