Masjid Subulussalam Dalam Bingkai Pluralisme (Studi Analisis Fungsi Edukasi Masjid Terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat di Samarinda)
Abstract
Masjid menjadi salah satu pusat terpenting pengembangan Islam kultural yang menghasilkan banyak warisan (legacy) Islam Indonesia. Begitu pula perkembangan Islam dibumi Etam Kalimantan Timur yang mempunyai beragam suku, bahasa, adat dan budaya yang banyak mewariskan khazanah keislaman. Islam masuk di bumi Etam saat itu pada abad ke-16 yang diperkenalkan melalui ulama dari Sumatra yaitu Tuanku Tunggang Parangan dan berkembang pada abad ke-18 melalui kerajaan atau kesultanan Kutai Kartanegara yang termasuk kerajaan tertua di Indonesia. Masjid Subulussalam salah satu masjid yang yang berdiri di bumi Etam yang memiliki masyarakat majmuk multicultural. Penelitian ini menggunkan metode deskriptif kualitatif, Adapun upaya untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini, Masjid Subulussalam merupakan contoh masjid publik yang menjadi contoh pusat pendidikan bagi masyarakat Kampung Subulussalam di Samarinda. Dengan prinsip masjid dibangun dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan fungsinya untuk masyrakat dimana ia dapat mengembangkan diri dan lingkungannya secara bersamaan. Adapun misi yang dijalankan adalah ta’awwun (tolong-menolong), tawazun (gotong royong), tawasuth (tidak memihak), tasyawur (musyawarah), dan adl (adil). Fungsi edukasi masjid subulussalam sebenarnya untuk pengembangan nilai-nilai humanis dan kesejahteraan Umum dan itu terbingkai dalam pluralisme. Kata Kunci: Masjid Subulussalam dan Pluralisme