Cultural Capital dan Kharisma Kiai dalam Dinamika Politik: Studi Ketokohan K.H. Maimun Zubair
Abstract
K.H. Maimun Zubair (K.H. Maimun) merupakan salah satu kiai yang cukup terkenal. Sebagai tokoh agama yang sangat dikagumi, ia memiliki pengaruh cukup signifikan. Baik peran pentingnya sebagai pengasuh pondok pesantren,maupun peran sentralnya dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Adanya peran ganda ini, justru membuat aura kharismatik K.H. Maimun menjadi kuat baik di tengah masyarakat yang sering menjadikannya sebagai pemberi nasihat, maupun sebagai Ketua Majelis Syura dalam partai PPP. Cultural capital merupakan sebuah nilai atau budaya yang telah diterima dan diyakini masyarakat mampu memberikan jaminan tertentu. Sehingga, sebagai figur yangsangat alim, K.H. Maimun dapat memberikan ketenangan baik dalam lingkup masyarakat maupun lingkup pemerintahan. Oleh karena itu, perlu mencari tahu bagaimana relevansi ketokohan K.H. Maimun Zubair dan apa sebenarnya kontribusinya dalam kehidupan politik praktis di Indonesia, khususnya dalam PPP. Cultural capital berawal dari berbagai simbol yang ada di masyarakat di antaranya yaitu kharisma, kepercayaan makna barokah, perasaan simpati karena kesederhanaan dan kealiman tokoh dan lain sebagainya. Inilahyang kemudian menguatkan posisi K.H. Maimun di masyarakat dan lingkungan partainya. Dengan kesempatan ini, K.H. Maimun berusaha melakukan penyeimbangan untuk mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan politikpraktis (simbiosis mutualis). Sehingga, PPP dapat menjadi modal utama dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai keislaman.