Kebijakan Politik Recep Tayyib Erdogan dan Islamisme Turki Kontemporer

Abstract

Recep Tayyib Erdogan adalah politisi yang dijukuki sebagai penghapus Sekularisme warisan Mustafa Kemal Attaturk. Dengan aksi politiknya, Erdogan mengembalikan masa keemasan Turki, setelah sebelumnya terjerat fanatik sekularisme dan terjadi penihilan nilai-nilai Islam di negara Turki. Dengan langkah politik melalui kebijakan-kebijakan Erdogan, dirinya mampu meyakinkan masyarakat Turki, bahwa dengan identitas Islam, Turki bisa mengembalikan kejayaan bangsa, yang tidak hanya kuat dalam segi pertahanan, tapi juga dalam perekonomian. Begitupula keyakinan bahwa "Islam adalah Solusi" (Al-Islam huwa Al-Hall), Erdogan yang dibesarkan dalam lingkungan keislaman, mampu membangkitkan kembali Turki dari julukan "The Sick Man in Europe" menjadi negara yang sehat dan tumbuh berkembang, bahkan diperhitungkan sebgai negara yang mampu memberikan kontribusi dalam menciptakan perdamaian. Oleh karena itu perlu mencari tahu bagaimana kebijakan politik Recep Tayyib Erdogan dalam mentransformasi Turki ke Islamis dan bagaimana pula kajian islam melihat kebijakan Erdogan tersebut. Sebagai bentuk kebijakan politiknya, baik di dalam maupun luar negeri, Recep Tayyib Erdogan memberi banyak perubahan di berbagai sektor, tidak terkecuali transformasi sekularisme masaMustafa Kemal menjadi Islamisme Turki masa Erdogan, yang pada dasarnya berbeda dengan Islamisme masa Turki Usmani (Ottoman). Perjuangan Erdogan mengembalikan nilai-nilai Islam di Turki dengan implementasi kebijakan-kebijakan politik pemerintahannya, telah mampu mengangkat martabat masyarakat Turki yang mayoritas beragama Islam, begitupun pula dengan keberhasilannya memberi kebebasan dalam menjalani syari'at Islam secara nyaman di kalangan masyarakat Turki, kemudian dengan Kebijakan politik Erdogan yang memiliki esensi berupa menumbuhkan ke-Imanan yang menjaditempat kembalinya tindakan-tindakan manusia dalam bersosial ataupun berpolitik. Capaian politik pemerintahan Erdogan melalui kebijakannya tersebut, telah sesuai dengan konsep politik profetik yang di dalamnya terdapat tiga pilar besar yang berupa; humanisasi, liberasi dan transendensi.