DEKARISMATISASI TUAN GURU DI PULAU LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT
Abstract
Penelitian membahas tentang kharisma tuan guru di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat yang semula kuat kemudian memudar karena berbagai faktor. Selain menjadi guru dan pemimpin pesantren, sekaligus pemilik, menempatkan para tuan guru sebagai pemegang kekuasaan mutlak di lingkungan pesantrennya. Karisma tuan guru akan memudar ketika ia keluar melewati wilayah teritorialnya sendiri atau basis legitimasi (akuan karisma). Dalam ranah politik praktis apabila dikaitkan dengan istilah karisma dan karena politik sifatnya temporal, tampak jelas pesona tuan guru memudar dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan, meskipun di ranah selain politik pertahanan karisma tuan guru begitu kuat. Di antara faktor-faktor tersebut ialah; perselingkuhan tuan guru dengan penguasa, pragmatisme pemilih, beda afiliasi dengan pengikut, serta berubah-ubahnya sistem Negara yang dahulu tradisional (sebelum kemerdekaan) menuju legalrasional (setelah merdeka). Faktor-faktor determinan juga hadir dalam penelitian ini untuk melihat kuat dan tidaknya karisma itu bertahan, di antaranya; faktor gaya hidup (hidup glamor, gaya hidup elitis konsumtif, poligami, meninggalkan kehidupan sufistik) serta timbulnya public sphere.