PERTOBATAN DIALOGIS

Abstract

Kata “anjing” dalam Markus 7:24-30 adalah tindakan yang bercirikan kolonialisme, diktatorisme dan feodalistik yang ingin memisahkan seseorang secara sosial, agama dan rasial. Studi postkolonial menjadi pendekatan yang tepat untuk menguak keruwetan perjumpaan Yesus dengan perempuan Siro-Fenisia, mengingat Injil Markus ditulis pada waktu pergolakan politik colonial, sekitar tahun 70 M. Itu artimya teks dan konteks Markus menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses kolonisasi. Otoritas Yesus secara simbolik sebagai penguasa bertindak superioritas atas perempuan Siro-Fenisia, perempuan lemah dan najis. Pihak yang kuat berkuasa atas yang lemah sehingga menghasilkan prasangka dan praduga stereotype. Semula saling memandang dari tempat yang berbeda, dari ruangan persepsi kultural masing-masing, mencari titik temu yang sama, membangun persetujuan bilateral dan berakhir pada saling mengakui yang menghasilkan pertobatan.