PROSES PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF MARTIN BUBER

Abstract

Perceraian di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Ini merupakan fakta sosial yang tidak terbantahkan. Melalui pendekatan filosofis penelitian ini akan menganalisa bagaimana proses perceraian terjadi dan bagaimana suami atau istri melihat pasangannya dalam perspektif Martin Buber. Perceraian adalah sebuah proses menuju perpisahan. Bermula dari sebuah krisis dan konflik rumah tangga yang berkepanjangan, pada akhirnya menghadirkan “sudut pandang” baru terhadap pasangannya. Sebelum konflik, dalam perspektif Buber, relasi suami istri dapat disebut berada pada pola I-Thou. Suami atau istri melihat pasangannya sebagai gambar diri atas keberadaannya sebagai seorang pribadi, tetapi krisis keluarga membawanya pada pola I-It yang memandang pasangan sebagai things. Krisis berdampak pada perubahan pola relasi dari relasi yang bersifat integratif menuju pola relasi segregatif dan sparatif. Proses perpisahan suami istri tersebut dimulai dengan adanya konstruksi diri oleh pihak yang “kuat” kepada pasangannya yang berada pada posisi inferior. Konstruksi diri negatif ini menjalar menjadi konstruksi sosial yang berdampak pada stigmatisasi pihak inferior sebagai pihak yang patut dipersalahkan. Stigma terhadap pasangan sebagai It inilah yang memperlancar proses separasi yang berujung pada perceraian.